Gereja Toraja Selenggarakan Lagi Pelatihan Transformasi Konflik
RANTEPAO, SATUHARAPAN.COM – Kemampuan menjadi inisiator perdamaian dan mediator diperlukan bagi pemimpin komunitas, termasuk di antaranya adalah para pemimpin jemaat. Atas dasar pemikiran tersebut Institut Teologi Gereja Toraja (ITGT) menyelenggarakan pelatihan mediasi dan transformasi konflik bagi para pendeta dan proponen (calon pendeta) di lingungan mereka.
Pelatihan diselenggarakan selama sepekan (9 – 14 / 9) di Rantepao, Sulawesi Selatan, melalui kerja sama dengan Pusat Pembelajaran untuk Mediasi dan Rekonsiliasi (PPMR), Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Pelatihan ini merupakan angkatan kesembilan, dengan dua pelatihan untuk peserta tingkat lanjut (advance). Seluruh peserta pada kali ini adalah 60 orang, 35 di antaranya adaah proponen.
Bersama empat fasilitator di bawah koordinasi Pdt. Dr. Kadarmanto Hardjowasito, peserta proponen berlatih dengan fokus mediasi. Materi yang sampaikan berkaitan dengan analisis kasus konflik yang diambil dari kasus nyata, dan peserta belajar tentang merancang upaya-upaya membangun perdamaian yang kontekstual.
Selain itu, peserta juga belajar dan mengembangkan berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk menjadi mediator atau inisiator perdamaian. Dalam proses pelatihan tersebut, peserta juga berbagi pengalaman tentang konflik komunitas yang dihadapai dan pengalaman upaya-upaya yang dilakukan oleh pemimpin komunitas.
Sementara itu, untuk pelatihan tingkat advance, materi yang digumuli menekankan pada pengembangan kemampuan peserta menganalisis kasus konflik dengan lebih mendalam dan cermat dengan berbagai sarana analisi.
Peserta yang sebelumnya mengikuti pelatihan tingkat dasar ini menekankan pelatihan pada pengembangan kemampuan untuk menemukan cara-cara yang kreatif, tepat dan kontestual dalam mengupayakan penyelesaian konflik dan perdamaian dalam komunitas mereka.
Berbagai konflik yang digumuli dalam pelatihan ini meliputi konflik-konflik internal dalam organisasi keagamaan, konflik antar iman, konflik di komunitas yang melibatkan masalah adat, politik, serta masalah sosial lain.
Melalui pelatihan ini peserta diharapkan menjadi makin peka untuk melihat potensi konflik di masyarakat. Mereka juga didorong untuk membangun jejaring, dan dengan aktif terlibat dalam upaya-upaya pencegahan, serta pembangunan perdamaian di komunitas.
Dalam pelatihan ini pihak ITGT dan PPMR, STT Jakarta berencana untuk melanjutkan pelatihan dengan membekali para peserta untuk pelatihan bagi calon fasilitator. Tujuannya adalah agar program pelatihan nantinya bisa diselenggarakan secara mandiri oleh fasilitator dari ITGT.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...