Gereja yang Memberitakan Injil
SATUHARAPAN.COM - “Tidak jauh dari tempat itu ada tanah milik gubernur pulau itu. Gubernur itu namanya Publius. Ia menyambut kami dan menjamu kami dengan ramahnya selama tiga hari. Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Paulus masuk ke kamarnya; ia berdoa serta menumpangkan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia." —Kisah Para Rasul 28:7,8
Narasi-narasi seputar aktivitas pemberitaan Injil yang terjadi pada abad-abad pertama, di era Gereja mula-mula, sangat interesan untuk dikaji ulang dari berbagai aspek: baik dari segi pembawa berita maupun penerima berita, juga konteks sosiologis-politis yang tengah dihidupi. Agaknya kajian komprehensif seperti itu lebih memberi makna untuk dianalisis bersama dalam sebuah forum nasional yang bicara tentang strategi pekabaran Injil dalam konteks Indonesia yang majemuk.
Kesamaan pemahaman tentang apa itu Injil, bentuk-bentuk pekabaran Injil dalam era digital, cara pekabaran Injil dan hal-hal fundamental lainnya yang sudah menjadi bagian dari visi-misi Gereja akan semakin mendapat visi teologisnya yang aplikabel dengan merujuk pada -Isert kesaksian Kisah Para Rasul seputar pekabaran Injil di zamannya.
Umat kita dari seluruh denominasi yang ada mesti membaca hasil Konferensi Pekabaran Injil di Berastagi belum lama ini, sehingga pergumulan umat pada aras grass root (akar rumput) dalam mengartikulasikan nilai-nilai Injil melalui sikap dan perbuatan mereka mendapat penguatan teologis dan informasi yang elaboratif dan komprehensif.
Gerak dan dinamika pekabaran Injil yang ditampilkan figur Paulus sebagaimana kita simak dari Kisah Para Rasul benar-benar menakjubkan. Allah memegang dan mengendalikan Paulus secara real, baikdalam membakar semangatnya dari dalam, maupun dalam dialog langsung dengan (Kis. 2311). Dalamperjalanan Paulus memberikan kesaksian bagaimana proses ia berjumpa dan ditangkap oleh Allah (vide: Kis. 26:12-23).
Cara Allah "menangkap" seseorang itu amat beragam dan tentu itu sesuai dengan kairos dan skenario keselamatan yang Allah miliki. Ada yang model Paulus, yang semula niat dan gerakannya berkobar-kobar untuk melibas penganut agama Kristen.
Kemudian, kita tahu sesudah ia “ditangkap” Allah, bahkan hingga ia buta beberapa saat lamanya, Allah berdialog dengan dia dan akhirnya ia beriman kepada Yesus Kristus, bahkan ia menjadi penginjil, menobatkan banyak orang menjadi Kristen.
Ada orang yang percaya kepada Kristus melalui KKR KPI, melalui buku-buku, melalui seni, melalui berbagai aktivitas pelayanan, penginjilan pribadi, dan sebagainya. Ada yang percaya dan menerima Kristus oleh karena perkawinan.
Semua jalan, proses yang dialami oleh seseorang hingga ia berlutut dan percaya kepada Kristus, tidak selalu mudah dan ringan. Dari pengalaman empiris kita mendapat begitu banyak info tentang penolakan terhadap anggota keluarga yang kemudian menjadi pengikut Kristus; yang berdampak pada pemutusan sebagai anggota keluarga, kehilangan warisan, dan sebagainya.
Perjuangan Paulus (lalam beritakan Injil sesudah ia "ditangkap" Allah, amat signifikan. Semua perjalanan dan aktivitas Pl-nya diberitakan nyaris lengkap dalam Kisah Para Rasul. Sesudah pertobatannya (Kis. 9:1-19a), ia memang benar-benar berubah, dari seorang yang mengejar dan melakukan persekusi terhadap umat Kristen menjadi penginjil yang berani.
Ia berani bicara kepada penguasa, ia tak takut ancaman dan penjara. Banyak orang yang mengikut Kristus, mereka meninggalkan agama mereka yang lama, yaitu menyembah patung Dewi Artemis di kuil-kuil. Akibatnya, produsen patung Artemis bernama Demetrius memprovokasi massa melawan Paulus (Kis. 19:21-40).
Paulus berani menginjili Raja Agripa ketika mereka bertemu, walau Paulus disebut gila oleh Raja Festus, sang penguasa. Dalam dialog itu Agripa mengaku, "hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen" (Kis. 26:28, dst.). Kemampuan dan kepiawaian Paulus dalam berdebat memang sukar ditandingi oleh banyak orang, termasuk oleh para penguasa.
Ia beriman tangguh, ia berdedikasi, ia pandai berapologetika, ia clever dalam melihat situasi, ia juga mampu membina relasi dan networking dengan banyak pihak.
Dalam kunjungannya ke Pulau Malta (Kis. 28:1—10), ia dan rombongan menerima sambutan hangat dan hospitalitas yang membanggakan. Di pulau itu mereka disambut khusus oleh Gubernur Publius dengan jamuan dan bisa tinggal 3 hari di situ atas fasilitasi Gubernur.
Mungkin ia sudah mendengar kabar bahwa tim Paulus akan datang ke pulau itu, atau bisa saja intelijen Gubernur sudah amat piawai dalam mendeteksi tamu-tamu yang akan datang dengan profil mereka masing-masing. ltulah sebabnya, ayah Publius yang sedang terkena disentri dan demam langsung dilawat Paulus di kamarnya, dan didoakan serta ditumpangi tangan.
Doa dan penumpangan tangan Paulus sangat manjur (melebihi Diatab dan Paracetamol) sehingga ayah Publius langsung sembuh, dan kemudian banyak orang sakit di pulau itu juga disembuhkan.
Di dalam PL, kita bertemu cerita tentang berkat dengan penumpangan tangan (mis. Bil. 8:1-10). Berkat dengan penumpangan tangan berarti permohonan berkat kepada Allah agar seseorang yang menerima berkat itu hidup damai sejahtera. Dalam Lukas 4: 40, Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang sakit sehingga orang itu disembuhkan. Dalam rangka seseorang akan maju untuk menjadi pejabat, kita pernah melihat ia didoakan oleh pendeta dengan berkat dan penumpangan tangan. Hal itu mungkin saja terjadi berdasarkan policy suatu Gereja.
Bacaan dari Kisah Para Rasul, khususnya pasal 28: 7-8, banyak memberi inspirasi bagi kita Gereja yang hidup di era digital. Pribadi Paulus Yang teguh, kukuh, tangguh, strateginya dalam menginjili berbagai kelompok orang, karunia penyembuhan yang ia terima dari Allah, semuanya berpadu dan menjadikan Paulus powerful dalam tugas penginjilannya, dengan visi jelas dan dukungan yang diperoleh dari tim.
Gereja-gereja di era digital sekarang ini memiliki peluang yang amat banyak untuk memberitakan kabar kesukaan. Melalui Fb, twitter,Whats App, Instagram, Podcast, Youtube dan sebagainya berita Injil yang dikemas dengan bahasa dan format IT bisa dishare kepada publik dengan lebih baik.
Gereja harus memberitakan Injil. Gereja tidak boleh mengurung Injil untuk dinikmati sendiri.
Gereja akan kehilangan identitasnya sebagai Gereja jika Gereja tidak mengabarkan Injil. Gereja Kristen Pasundan tanggal 11 Juli 2022 memperingati Hari Pekabaran Injil GKP. Penetapan tanggal 11Juli mengacu pada pembaptisan pertama 2 orang lelaki Sunda bernama Minggu dan Sarma warga Cikuya Banten tanggal 11 Juli1855 di sebuah Gereja di Jakarta.
Hari Pekabaran Injil GKP mestinya menjadi titik berangkat baru bagi GKP untuk makin bergairah ber PI minimal di DKI Jakarta, Banten, DKI. GKP tak bisa berdiam diri ketika ada 2 kabupaten di Provinsi Banten yang terlarang untuk mendirikan gedung Gereja. Kolaborasi dengan Gereja-gereja, PGI, Pemda, Pemerintah Pusat dan berbagai potensi bangsa harus dilakukan agar Pancasila dan UUD NRI 1945 dipatuhi dan dilaksanakan diseluruh wilayah NKRI.
Gereja-gereja di seluruh NKRI harus terus menerus melaksakanakan. PI dan merumsuskan secara baru bentuk dan strategi PI di era digital.
Selamat Merayakan Hari Minggu. Gbu
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...