Grand Indonesia dan Sahabat Anak Bekerja Sama Tangani Anak Marjinal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak dari anak-anak komunitas Sahabat Anak, terlihat sangat senang ketika berada di wahana bermain Dunia Fantasi (Dufan), Jakarta Utara, Jumat (20/12). Anak-anak itu tidak menyia-nyiakan kesempatan bermain yang mereka dapat dari corporate social responsibility (CSR) Grand Indonesia.
Anak-anak diajak bermain satu hari penuh di Dufan. Terlihat kecerian anak komunitas tersebut dari raut wajah mereka.
Sahabat Anak adalah yayasan nirlaba yang memberikan pendidikan serta memperjuangkan hal-hak anak-anak marjinal dan anak jalanan di Jakarta supaya mereka tidak terus hidup di jalan dan memiliki masa depan. Grand Indonesia mengambil kepeduliannya untuk komunitas Sahabat Anak dengan memberikan edukasi dan bermain.
Komunitas Sahabat Anak (SA) merupakan sekelompok sukarelawan yang mendukung gerakan pendampingan dalam memperjuangkan hak-hak anak jalanan di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Didirikan pada tahun 1997, saat ini SA memiliki 7 (tujuh) Bimbingan Belajar di daerah Prumpung, Grogol, Cijantung, Gambir, Manggarai, Tanah Abang dan Kota Tua. Sahabat Anak mendukung kampanye “Stop Beri Uang, Jadilah Sahabat Anak”.
Pada mulanya, kegiatan belajar mengajar di Manggarai dilakukan pada tahun 1999 oleh Yayasan KDM (Kampus Diakonia Modern) melalui rumah singgah yang terletak di Kebon Sirih. Saat itu, yang pertama kali dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan terhadap anak-anak marjinal yang berada di Terminal Manggarai, Jakarta Selatan.
Baru pada tahun 2002, setelah mengikuti Jambore Anak Jalanan VI, kegiatan belajar mengajar mulai dilakukan di wilayah Manggarai. Meskipun jumlah pengajar masih sangat minim dan tempat belajar yang berpindah-pindah namun anak-anak tetap semangat belajar.
Sayangnya pada tahun 2007, terjadi penggusuran di daerah Manggarai termasuk rumah tempat belajar anak-anak sehingga proses belajar mengajar Sahabat Anak Manggarai terpaksa vakum. Pengajar mencoba mengalihkan proses belajar di Taman Suropati, Jakarta Pusat dengan sistem menjemput anak sebelum akhirnya pindah kembali ke sebuah Pos Ronda di Manggarai Selatan (seberang lokasi bongkaran). Saat itu, 10 volunteer mengajar sekitar 60 anak yang datang dan mengunjungi belasan anak lainnya di kawasan sekitar Manggarai.
Baru pada Oktober 2011, kegiatan belajar pindah ke Sekretariat Karang Taruna Manggarai Utara yang berlangsung hingga kini. Pengurus sekretariat bersedia meminjamkan tempat tersebut setiap hari Minggu sore untuk digunakan belajar anak-anak marjinal yang saat ini jumlahnya sudah lebih dari 100 orang mulai dari usia 4-12 tahun dengan jumlah pengajar lebih dari 30 orang. Beberapa relawan warga negara asing seperti Jepang dan India juga pernah membantu mengajar anak-anak di Manggarai. Selain memberikan bimbingan belajar, persiapan ujian sekolah dan calistung (baca tulis hitung), pendidikan budi pekerti, dan kebersihan diri juga turut diajarkan. Para pengajarnya pun sudah dibekali dengan kurikulum mengajar yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
Editor : Bayu Probo
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...