Green Wall Restorasi 300 Hektare di TN Gunung Gede Pangrango
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Program "Green Wall" yang dilakukan secara kemitraan, untuk pemulihan ekosistem seluas 300 hektare lahan terbuka di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, telah berhasil menjadikan kawasan gundul kini telah ditutupi oleh rimbunnya pepohonan.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiranto, Rabu (3/10) di Jakarta, mengatakan upaya restorasi tersebut telah dimulai sejak 10 tahun lalu atau pada 2008, dengan melibatkan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan masyarakat.
"Apa yang dilakukan pada program ini adalah pembelajaran yang berarti dalam pemulihan ekosistem di mana pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan masyarakat bersinergi menyelesaikan permasalahan lingkungan," kata Wiranto.
Ia mengatakan, program ini tidak hanya berhasil mengembalikan fungsi TN Gunung Gede Pangrango, tetapi juga berhasil memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup disekitar hutan tersebut.
Sementara itu dari pihak lembaga swadaya, Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan, aktor utama dari berhasilnya konservasi tersebut adalah masyarakat.
Dalam konservasi tersebut, dia mengatakan masyarakat telah terlibat aktif mulai dari membuat program, pemantauan dan evaluasi. Mereka juga membuat kajian pohon apa yang harus ditanam di lahan tersebut.
"Tanaman yang ditanam harus memiliki keuntungan jangka panjang, sebagai pengembali habitat dan juga memiliki keuntungan jangka pendek, sebagai sumber penghidupan warga," kata dia.
Setelah kawasan tersebut kembali hijau, dia mengatakan kawasan tersebut telah menarik sekitar 50 spesies burung untuk mencari makan di sana, dan 15 spesies mamalia terpantau dalam sistem mereka.
Beberapa satawa liar yang sudah tinggal di dalam hutan tersebut antara lain, macan tutul jawa, kijang, kucing hutan dan monyet ekor panjang.
Dia mengatakan, jika TN Gunung Gede Pangrango dalam keadaan sehat, maka kawasan tersebut bisa menghasilkan 540 miliar liter air per tahun, dimana air tersebut juga menjadi pasokan air untuk masyarakat Jakarta.
Kepala Desa Cihanyawar Dodi Rahmat, yang desanya berada di sekitar kawasan tersebut mengatakan dahulu warga harus menempuh perjalanan sepanjang 4,5 meter dengan waktu tempuh sekitar tiga jam untuk mendapatkan akses air bersih dari sungai, karena mereka tidak memiliki akses air bersih selama 30 tahun.
Saat ini, mereka telah mendapatkan berbagai manfaat dari lahan yang telah dikonservasi tersebut, tidak hanya akses air bersih, tetapi alternatif ekonomi, tempat untuk rekreasi dan belajar.
Dia juga mengatakan, bahwa masyarakat lokal terlibat penuh dalam program untuk mendukung pemulihan hutan, karena mereka merasakan perbedaanya secara langsung.
"Setelah tahu dan mendapat dampak positif dari hutan yang ada, kami pun mendukung program itu. Pada awalnya beberapa dari kami ragu tetapi sekarang kebanyakan dari kami menjadi penjaga hutan," kata dia. (Antaranews.com)
Enam Manfaat Minum Air Putih Usai Bangun Tidur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Terdapat waktu-waktu tertentu di mana seseorang dianjurkan untuk me...