Greenpeace Ingatkan Capres-Cawapres Peduli Lingkungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Aktivis Greenpeace di Jakarta membentangkan spanduk bertuliskan "Selamat Berdebat, Lingkungan Butuh Perlindungan" untuk mengingatkan para calon presiden dan wakil presiden agar peduli dan berkomitmen memperkuat upaya perlindungan serta pemulihan lingkungan.
Pembentangan spanduk berukuran 20x6 meter tersebut, Jumat (4/7) dilakukan enam aktivis Greenpeace di gedung yang berseberangan dengan bakal lokasi debat capres-cawapres putaran terakhir pada 5 Juli 2014.
Sebelumnya Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting mengatakan komitmen dan program dalam visi dan misi kedua pasang capres dan cawapres masih sangat mengandalkan eksploitasi sumber daya alam (SDA) untuk menopang pertumbuhan ekonomi, tanpa mendorong prinsip-prinsip keberlanjutan dan keadilan lingkungan dalam strategi pembangunan nasional.
Padahal, menurut dia, kondisi SDA dan lingkungan hidup sudah ada yang dalam tahap kritis sehingga membutuhkan pemulihan segera.
Dalam dokumen visi-misinya, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih menunjukkan batu bara sebagai solusi energi di Indonesia, sedangkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa juga mendorong peningkatan industri ekstraktif termasuk batu bara.
"Kami menantang pemerintah baru nanti menetapkan target setidaknya 40 persen energi terbarukan pada 2030. Pada era krisis iklim ini sudah saatnya pemerintah beralih ke energi aman, bersih, dan terbarukan," dia menegaskan.
Selain pengembangan industri ekstraktif di hulu, kedua pasang capres dan cawapres dinilainya berencana mengembangkan sektor industri hilir yang intensif menggunakan bahan kimia berbahaya dan berpotensi melepaskannya ke lingkungan tanpa menunjukkan komitmen menuju nol pembuangan semua bahan kimia berbahaya dan penerapan prinsip kehati-hatian dan pendekatan pencegahan.
Longgena juga mengatakan di sektor kelautan, pasangan Prabowo-Hatta belum menjawab desakan kebutuhan pembenahan tata kelola perikanan, termasuk lemahnya evaluasi dan pengawasan perizinan, yang akhirnya bermuara pada praktik perikanan ilegal dan penangkapan ikan berlebihan.
Sementara pasangan Jokowi-JK juga tidak menyatakan akan memprioritaskan pembenahan terkait lemahnya tata kelola perikanan.
Lebih lanjut, ia mengatakan pembangunan di sektor kehutanan mendapat tempat penting dalam visi dan misi kedua pasangan tersebut, namun tidak satu pun yang mengarah pada komitmen nol deforestasi. Jokowi-JK dalam visi-misinya lebih menitikberatkan pada pemberantasan penebangan liar yang selama ini identik dengan praktik penebangan hutan tanpa izin yang dilakukan masyarakat adat atau lokal yang bergantung hidup pada hutan, di sisi lain praktik konversi hutan skala besar oleh korporasi belum menjadi perhatian.
Pasangan Prabowo-Hatta menegaskan tentang keanekaragaman hayati, flora dan fauna sebagai bagian dari aset bangsa dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, akan tetapi hal itu juga tidak sepenuhnya memberikan komitmen perlindungan hutan dan gambut tersisa.
"Kami mengharapkan adanya komitmen yang lebih kuat disampaikan ke publik pada 5 Juli yang akan datang pada saat debat terbuka tentang isu lingkungan nanti," dia menambahkan.
Tuntutan Greenpeace adalah perlindungan hutan dan gambut secara utuh dan permanen melalui tata kelola pemerintahan yang kuat, perlindungan laut melalui reformasi perikanan dan penegakkan hukum, penggunaan energi bersih dan terbarukan dengan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta penciptaan sumber air dan masa depan yang bebas bahan kimia berbahaya industri melalui eliminasi dan substitusi materi toksik dengan alternatif yang aman. (Ant)
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...