Griya Kesehatan Indonesia Terus Kembangkan Pelayanan
SATUHARAPAN.COM – Posbindu PTM, pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, yakni kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan, dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan, diharapkan menjadi pilihan yang pas bagi pelayanan kesehatan masyarakat yang dikembangkan gereja-gereja.
Kesimpulan itu mengemuka dalam sarasehan yang digelar Griya Kesehatan Indonesia di Gereja Kristen Indonesia Cawang, Minggu, 14 Agustus lalu. Acara itu digelar Griya Kesehatan – Klinik Pratama Cipinang Bali, yang kebetulan berulang tahun pada Agustus ini. Acara yang dihadiri antara lain perwakilan dari lembaga pelayanan kesehatan GKI Gading Indah, GKI Samanhudi, GKI Bekasi Timur, dan GKI Raya Hankam itu, menampilkan pembicara Ka Sie PMKes Sudin Kesehatan Jakarta Timur dr M Bal’an K Rangkuti MARS.
Posbindu adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat. Manfaat lebih diarahkan pada meningkatkan kesejahteraan hidup bagi mereka yang sudah berumur, termasuk juga lansia. “Ini menyasar umur 15 tahun ke atas. Dengan adanya kegiatan posbindu di masyarakat, mereka yang memiliki penyakit tidak menular lain akan dapat terkontrol, sehingga derajat hidup akan semakin baik,” kata dr Bal’an.
Gereja, menurut pendapatnya, lebih tepat mengembangkan posbindu. Posbindu PTM melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) itu meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol.
Posbindu PTM menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM utama, menurut dr Bal’an, adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Dr Bal’an menambahkan, pemerintah sangat membuka pintu bagi pengembangan pelayanan kesehatan di masyarakat. Kerja sama dengan pemerintah, melalui puskesmas setempat, hanya mempersyaratkan pelaporan data peserta pelayanan kesehatan. “Data itu penting bagi Sudin,” kata Bal’an, sambil menambahkan data tersebut akan berguna pengambilan kebijakan dalam program pelayanan kesehatan setempat.
Jika telah terjalin kerja sama dengan puskesmas setempat, biasanya petugas puskesmas akan ikut mendampingi kegiatan posbindu, atau sebagai pemantau, karena kegiatan itu juga menjadi salah satu program UKM yang bersumber daya dari masyarakat sendiri.
Posbindu, lengkapnya Posbindu Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM, saat ini memang telah menjadi salah satu strategi penting pemerintah (Kemenkes) untuk mengendalikan tren penyakit tidak menular yang semakin mengkhawatirkan. Hal ini mengingat berbagai data dan penelitian menunjukkan tren tingkat kesakitan dan kematian penyakit tidak menular.
Ulang Tahun Klinik Pratama Cipinang Bali
Jusak I Ismanto, Ketua Griya Kesehatan Indonesia, yang menaungi pelayanan kesehatan yang dikembangkan gereja-gereja, mengatakan sarasehan semacam itu adalah sarasehan yang kedua. Sarasehan pertama berlangsung tiga bulan lalu, di GKI Gading Indah, membahas topik berbeda.
Jusak sebagai Ketua Giya Kesehatan Indonesia, selalu menggariskan bahwa 26 klinik pelayanan kesehatan yang bernaung di bawah payung Griya Kesehatan Indonesia, harus menjadi mitra masyarakat tanpa membedakan latar belakang, “Dan, dalam menjalankan keberlangsungan kegiatannya harus mengikuti prosedur pemerintah, dan membuka pintu bekerja sama dengan pemerintah.”
Sejarah Griya Kesehatan Klinik Pratama Cipinang Bali, yang terletak di kawasan Cipinang Bali, Jakarta Timur, yang lebih dikenal dengan kawasan Cipinang Bali Kalimalang, berawal dari Balai Pengobatan Umum GKI Cawang. Keberadaan balai pengobatan itu digagas Kustjahjono, yang memberikan pelayanan pengobatan umum terutama bagi masyarakat di sekitar.
Kini, dalam perjalanannya, klinik pratama itu selain melayani pengobatan umum, juga melayani pengobatan gigi. Tiga dokter dan satu dokter gigi, dibantu dua sarajana kedokteran dari Fakultas Kedokteran UKI, perawat, apoteker, petugas obat, petugas administrasi, melayani rata-rata 470 pasien umum dan rata-rata 48 pasien gigi dalam satu bulan.
Selain kegiatan keseharian, Klinik Pratama Cipinang Bali juga secara periodik menggelar kegiatan pengobatan gratis bagi masyarakat di sekitar dan jemaat GKI Cawang, donor darah bekerja sama dengan PMI Bogor, bakti sosial, dan penyuluhan kesehatan gigi ke sekolah-sekolah.
Di dalam segala keterbatasannya, Griya Kesehatan Klinik Pratama Cipinang Bali tetap setia melayani, sesuai dengan moto “Melayani untuk meringankan beban sesama.” Ke depan, sebagai salah satu bentuk pelayanan, pengelola siap melangkah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...