Gubernur Virginia Terbukti Korupsi karena Pengaruh Istri
RICHMOND, SATUHARAPAN.COM - Isak tangis dan derai air mata para pendukungnya mewarnai pembacaan vonis 24 bulan penjara terhadap Bob McDonnell, mantan gubernur negara bagian Virginia, AS, yang September lalu didakwa melakukan korupsi semasa menjadi gubernur.
Ini merupakan kasus paling spektakuler menimpa seorang pejabat pemerintah sepanjang sejarah negara bagian itu, dan menarik perhatian kalangan masyarakat mengingat McDonnell dikenal sebagai pria dermawan, ganteng dan sempat diprediksi menjadi calon presiden AS pada pilpres mendatang.
Dalam sidang, pengacaranya sempat mengajukan argumen agar McDonnel, 60 tahun, tidak dikenai hukuman penjara melainkan dihukum melakukan pekerjaan sosial. Namun hakim James R. Spencer dari pengadilan federal distrik, mengatakan ada harga yang harus dibayar. Dan menambahkan, "tidak seperti Pontius Pilatus, saya tidak bisa mencuci tangan begitu saja."
Bagi McDonnell yang selalu tampil rapi di persidangan, hukuman ini jauh diatas yang dia harapkan. Namun sesungguhnya sangat rendah apabila dibandingkan dengan hukuman penjara 10-12 tahun yang direkomendasikan otoritas federal dan 6,5 tahun yang dituntut oleh jaksa.
McDonnel akan menjalani hukuman penjara dibawah pengawasan selama dua tahun. Ia dan istrinya, Maureen, terbukti bersalah menyalahgunakan kekuasaan demi mendapat imbalan pinjaman senilai US$177.000, liburan dan hadiah-hadiah lainnya dari sebuah keluarga kaya yang menjadi teman mereka. Maureen akan mendapat giliran divonis pada 20 Februari mendatang.
Dalam membela kliennya, pengacara McDonnel memusatkan argumentasinya pada hubungan antara istri McDonnell dengan Jonnie R. William Sr, pemilik Star Scientific, perusahaan yang berada dalam penyelidikan pemerintah federal atas sangkaan kemungkinan melanggar aturan keamanan. William kemudian mendapat kekebalan hukum sebagai imbalan memberikan informasi tentang korupsi yang dilakukan McDonnell.
Sepanjang proses persidangan, pengacaranya menggambarkan McDonnell sebagai seseorang yang tidak mungkin dan tidak mampu berkonspirasi dengan William karena perkawinan McDonnell yang buruk. Pengacara juga menyatakan istri McDonnel demikian terpikatnya kepada William sehingga mengizinkannya berkompromi dengan kantor suaminya.
Hakim Spenser kemudian mengaitkan keputusannya dengan pendapat istri McDonnel, dengan mengatakan, "Sementara Ny.McDonnell mungkin telah membiarkan ular masuk ke dalam rumah, Gubernur sengaja membiarkan dia menjadi urusan pribadi dan bisnisnya."
McDonnell, yang tersedu-sedu ketika ia didakwa pada September lalu, muncul tanpa ekspresi ketika kalimat demi kalimat vonis terhadap dirinya dibacakan pada Selasa kemarin (6/1).
Setelah itu, dia memeluk beberapa anaknya yang menangis. Ia juga mencium pipi istrinya, yang secara tak terduga muncul di pengadilan kali ini.
Di luar ruang pengadilan, McDonnell mengucapkan terimakasih kepada hakim, "atas kemurahan yang ditunjukkan kepada saya hari ini." Dan ia menegaskan akan naik banding segera.
Berjam-jam sebelum vonis dibacakan, tidak kurang dari 11 saksi tampil, dan menggambarkan McDonnell sebagai seorang
dermawan: mulai dari peranannya mendirikan sebuah bank makanan; membantu narapidana mendapatkan kembali hak pilihnya; mengunjungi yang sakit, berduka dan dipenjara; dan melakukan berbagai tindakan lainnya.
"Jika dia dikurung di penjara," kata William Horan, presiden Operation Blessing International, sebuah organisasi kemanusiaan yang menawarkan diri jadi tempat McDonnell melakukan pelayanan masyarakat seandainya pengadilan memutuskan hukumannya demikian, "itu berarti akan mengurung seseorang yang nilainya sangat besar."
Adik perempuan McDonnell, Nancy McDonnell Naisawald, mengatakan cobaan yang dialami kakaknya merupakan "pengalaman luar biasa mengerikan untuk keluarga saya." Dia mengatakan bahwa kakaknya, yang menjadi gubernur 2010-2014, dihukum untuk tidak bisa melayani lagi dalam pemerintahan dalam sisa hidupnya sesungguhnya merupakan hukuman yang lebih dari cukup.
"Dia kehilangan segalanya," kata dia.
Ketika mendapat giliran berbicara terakhir kali, McDonnell yang tiba di pengadilan didampingi oleh kedua putrinya, berdiri di depan sidang di bawah tatapan sejumlah pendukungnya dengan mata yang sesekali diseka dengan kertas tisu.
"Saya berdiri di depan Anda sebagai seorang yang patah hati dan terhina," kata dia. Ia mengakui hidupnya selama menjadi gubernur menadi demikian tidak seimbang. Dan sekarang, dia memutuskan akan mendedikasikan sisa hidupnya "kepada pelayanan baru."
Sementara itu Michael S. Dry, asisten jaksa yang melakukan penuntutan atas kasus ini, meninggalkan ruang pengadilan tanpa mau berkomentar. Sebelumnya, dalam dakwaannya ia meminta hakim mendasarkan keputusannya pada vonis yang dijatuhkan pada Phillip A. Hamilton, mantan anggota parlemen Virginia, yang terbukti menerima suap pada 2011 dan dihukum 9,5 tahun penjara. McDonnell, menurut dia, memiliki jabatan yang lebih tinggi dan karena itu hukumannya seharusnya lebih lama.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...