Gubernur Washington: Unjuk Rasa Takkan Pengaruhi Arah Perjuangan Melawan COVID-19
SAN FRANCISCO, SATUHARAPAN.COM-Gubernur Negara Bagian Washington, Jay Inslee, pada Minggu (19/4), mengatakan bahwa aksi unjuk rasa massa dan pidato radikal tidak akan menentukan arah pertempuran negara bagian di Amerika Serikat (AS) tersebut dalam melawan COVID-19.
"Saya mendukung kebebasan berbicara. Namun, berkumpulnya massa atau pidato, tidak akan menentukan arah kami. Ini bukan soal politik. Ini hanya tentang melakukan yang terbaik demi kesehatan seluruh warga Washington," kata Inslee dalam sebuah pernyataan.
"Beragam komentar dalam berita hari ini dari beberapa legislator Partai Republik yang menyerukan 'pemberontakan terbuka,' mengklaim plot 'negara rahasia' (deep state), dan pernyataan radikal lainnya sangat tidak bertanggung jawab dan dapat membuat lebih banyak orang jatuh sakit secara sia-sia. Saya harap para pemimpin badan legislatif dari Partai Republik akan berbicara menentang retorika yang datang dari anggota mereka," katanya.
Lebih dari 2.000 demonstran berkumpul di Gedung Capitol Washington pada Minggu (19/4) guna mendesak pemerintah negara bagian tersebut, mencabut perintah untuk tetap di rumah yang diberlakukan demi membatasi penyebaran virus corona.
Aksi itu tidak jauh berbeda dengan unjuk rasa lain yang digelar di seluruh AS, yang menyoroti perbedaan partisan dalam cara masyarakat memandang virus tersebut, sementara survei menunjukkan adanya dukungan luas terhadap perintah untuk tinggal di rumah, menurut laporan dari surat kabar Seattle Times.
"Ini masa-masa yang sulit dan membuat frustrasi. Saya memahami betapa mendesaknya krisis ini. Namun, ini bukan waktu yang tepat untuk menghentikan kemajuan yang telah kita buat. Saya mendorong semua orang di negara bagian ini untuk tetap di rumah, menjaga kesehatan dan, jika Anda perlu pergi ke luar, lakukan jaga jarak fisik dengan baik," kata Inslee.
Saat ini, perintah untuk tetap di rumah yang diberlakukan di Negara Bagian Washington dijadwalkan akan berakhir pada 4 Mei, dengan kemungkinan untuk diperpanjang. (Xinhua/Ant)
Editor : Sabar Subekti
Kurang Tidur Sebabkan Otak Menahan Banyak Kenangan Buruk
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Psycholog...