Guinea: Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola, 56 Orang Tewas
CONAKRY-GUINEA, SATUHARAPAN.COM-Lima puluh enam orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam penyerbuan di stadion sepak bola di Guinea selatan, menyusul bentrokan antar suporter, kata pemerintah Guinea, hari Senin (2/12).
Pihak berwenang sedang melakukan penyelidikan untuk menetapkan mereka yang bertanggung jawab atas penyerbuan pada hari Minggu (1/12), kata Menteri Komunikasi, Fana Soumah, dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi nasional.
Di antara para korban terdapat beberapa anak menurut media lokal dan koalisi partai politik.
Penyerbuan itu terjadi pada hari Minggu sore di stadion di kota Nzerekore selama final turnamen lokal antara tim Labe dan Nzerekore untuk menghormati pemimpin militer Guinea, Mamadi Doumbouya, kata Perdana Menteri Guinea Amadou Oury Bah di platform X.
Pemerintah daerah sedang berupaya memulihkan ketenangan di daerah itu,kata Bah. Media lokal melaporkan bahwa pasukan keamanan mencoba menggunakan gas air mata untuk menenangkan kekacauan yang terjadi setelah hukuman yang disengketakan.
"(Tindakan hukuman yang dipersoalkan) ini membuat marah para pendukung yang melemparkan batu. Beginilah cara petugas keamanan menggunakan gas air mata," Media Guinea, situs web berita lokal, melaporkan. Dikatakan bahwa beberapa dari mereka yang tewas adalah anak-anak sementara beberapa yang terluka yang dirawat di rumah sakit daerah berada dalam kondisi kritis.
Video yang tampaknya diambil dari tempat kejadian menunjukkan para penggemar di satu bagian stadion berteriak dan memprotes wasit sebelum bentrokan pecah saat orang-orang berhamburan ke lapangan.
Orang-orang berlarian saat mereka mencoba melarikan diri dari stadion, banyak dari mereka melompati pagar yang tinggi.
Video juga menunjukkan banyak orang tergeletak di lantai di tempat yang tampak seperti rumah sakit saat kerumunan berkumpul di dekatnya, beberapa membantu yang terluka.
Koalisi oposisi Aliansi Nasional untuk Alternatif dan Demokrasi menyerukan penyelidikan. Dikatakan bahwa turnamen tersebut diselenggarakan untuk menggalang dukungan bagi ambisi politik "ilegal dan tidak pantas" dari pemimpin militer tersebut.
Guinea telah dipimpin oleh militer sejak tentara menggulingkan Presiden Alpha Conde pada tahun 2021. Negara ini merupakan salah satu dari sejumlah negara Afrika Barat, termasuk Mali, Niger, dan Burkina Faso, tempat militer mengambil alih kekuasaan dan menunda kembalinya pemerintahan sipil.
Doumbouya, yang menggulingkan presiden tiga tahun lalu, mengatakan bahwa ia mencegah negara tersebut terjerumus ke dalam kekacauan dan mengecam pemerintah sebelumnya karena mengingkari janji-janjinya. Namun, ia dikritik karena tidak memenuhi harapan yang diajukannya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Universitas Brawijaya Miliki AI Center
MALANG, SATUHARAPAN.COM - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid pada Minggu (5/1)...