Gunung Berapi di Islandia Meletus, Lahar Panas Menerjang Rumah
REYKJAVIK-TSLANDIA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Islandia mengatakan negaranya sedang berjuang melawan “kekuatan alam yang luar biasa,” setelah lava cair dari gunung berapi di barat daya pulau itu melahap beberapa rumah di kota Grindavik yang dievakuasi.
Presiden Gudni Th. Johannesson mengatakan dalam pidatonya di televisi pada hari Minggu (14/1) malam bahwa “masa pergolakan yang menakutkan telah dimulai di semenanjung Reykjanes,” tempat sistem vulkanik yang telah lama tidak aktif telah bangkit kembali.
Sebuah gunung berapi di semenanjung itu meletus untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan pada hari Minggu pagi. Pihak berwenang telah memerintahkan penduduk untuk meninggalkan kota nelayan Grindavik beberapa jam sebelumnya karena gempa kecil mengindikasikan akan terjadinya letusan.
Ahli geofisika Magnus Tumi Gudmundsson mengatakan Senin pagi bahwa letusan telah “menurun secara signifikan” dalam semalam, tetapi tidak mungkin untuk mengatakan kapan letusan akan berakhir.
Grindavik, sebuah kota berpenduduk 3.800 orang sekitar 50 kilometer (30 mil) barat daya ibu kota Reykjavik, sebelumnya dievakuasi pada bulan November ketika sistem vulkanik Svartsengi terbangun setelah hampir 800 tahun.
Gunung berapi tersebut akhirnya meletus pada 18 Desember, mengeluarkan lava yang mengalir menjauh dari Grindavik. Warga diizinkan kembali ke rumah mereka pada 22 Desember.
Sejak itu, pekerja darurat telah membangun tembok pertahanan yang dapat menghentikan sebagian besar aliran lahar dari letusan baru di dekat kota tersebut.
Tidak ada korban jiwa dalam letusan tersebut, namun seorang pekerja hilang setelah dilaporkan terjatuh ke dalam celah yang dibuka oleh gunung berapi tersebut.
“Kita belum tahu bagaimana letusan ini akan terjadi, tapi kita tetap harus mengambil tindakan-tindakan yang berada dalam kewenangan kita,” kata Presiden.
“Kami terus berharap mendapatkan hasil sebaik mungkin, dalam menghadapi kekuatan alam yang luar biasa ini,” tambahnya. “Kami akan melanjutkan tanggung jawab kami dan kami akan terus berdiri bersama.”
Islandia, yang terletak di atas titik panas gunung berapi di Atlantik Utara, rata-rata mengalami satu letusan setiap empat hingga lima tahun. Yang paling mengganggu dalam beberapa waktu terakhir adalah letusan gunung berapi Eyjafjallajokull pada tahun 2010, yang memuntahkan awan abu ke atmosfer dan mengganggu perjalanan udara trans-Atlantik selama berbulan-bulan.
Letusan terbaru diperkirakan tidak akan mengeluarkan abu dalam jumlah besar ke udara. Operasi di Bandara Keflavík berlanjut seperti biasa, kata Gudjon Helgason, juru bicara operator bandara Isavia. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...