Gunung Calbuco Meletus, Ribuan Warga Diungsikan

SANTIAGO, CILE, SATUHARAPAN.COM – Gunung berapi Calbuco di Cile Selatan meletus pada Kamis (23/4) pagi. Pihak berwenang telah memberikan peringatan darurat dan mengevakuasi lebih dari 4.000 orang yang berada di radius 20 kilometer.

Dilansir dari  Al Jazeera, letusan gunung tersebut tampak dahsyat dengan menampilkan wedhus gembel yang pekat dan kilatan cahaya.

Menteri Dalam Negeri Cile, Rodrigo Penailillo, dalam pidatonya di televisi, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Penailillo mengatakan bahwa bantuan militer telah dikirim ke Provinsi Llanquihue untuk membantu mengevakuasi dan menjaga ketertiban.

Ia juga menambah pasokan air bersih untuk mengantisipasi air yang sudah terkontaminasi abu vulkanik.

Penailillo mengatakan tidak ada laporan korban meninggal, cedera berat, ataupun hilang. Ia mendesak warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman dan memperingatkan kemungkinan adanya lahar, campuran air, dan batuan yang menuruni lereng gunung berapi dan lembah sungai.

Letusan ini menyebabkan sejumlah penerbangan di Cile dan Argentina dibatalkan karena abu vulkanik mengarah ke Santiago, ibu kota Cile. Akibatnya, ribuan orang di seluruh negeri dan di negara tetangga Argentina masih terjebak dalam bandara.

Trevor Moffat, warga yang tinggal di Ensenada, sekitar 10 km dari gunung berapi, mengatakan bahwa ia dan keluarganya langsung melarikan diri ketika meletus.

"Terdengar suara seperti traktor besar yang melewati jalan, gemeretak dan gemetar, gemuruh parau.... Kami meninggalkan segala sesuatu di sana, mengamankan anak saya, anjing saya, lalu masuk ke dalam mobil bersama istri," ujar Moffat kepada kantor berita Reuters.

Calbuco terakhir meletus pada 1972 dan dianggap sebagai salah satu dari tiga gunung berapi yang paling berpotensi di antara 90 gunung api aktif lainnya di Cile.

Cile merupakan negara “lingkarang api” Pasifik dengan rantai gunung api terbesar di dunia setelah Indonesia.

Pada Maret lalu, gunung Villarrica, di Cile Selatan, juga meletus dahsyat dan mengirimkan lava dan segumpal abu vulkanik, namun untungnya cepat mereda.

Editor : Eben Ezer Siadari