Guru Tuangkan Kisah Pegawai Honorer dalam Novel Trilogi
PADANG, SATUHARAPAN.COM – Penulis sekaligus guru sekolah dasar (SD), Refdinal Castera menerbitkan novel trilogi berjudul Satu Huruf di Mesin Tik. Novel ini merupakan novel kedua setelah novel pertamanya Meniti Buih Menerobos Tantangan diterbitkan tahun lalu oleh FAM Publishing, Divisi Penerbitan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.
Kemampuannya mengutarakan buah pikiran dalam cerita yang berwujud fisik semakin menunjukkan bahwa guru sejatinya tidak hanya mampu beraktivitas di hadapan siswa, tetapi juga mampu berbagi ilmu dan manfaat kepada pembaca. Refdinal secara tidak langsung telah mematahkan stigma bahwa guru yang selalu dipandang sebagai sosok yang sistematis dan ‘lurus’ tenyata bisa mengajak semua orang menjelajahi pikirannya melalui sebuah tulisan fiksi.
“Menulis buku (novel) bisa dilakukan oleh siapa saja. Tidak hanya milik kalangan tertentu seperti sastrawan, seniman, budayawan, penulis, dan wartawan. Tapi, orang yang berprofesi sebagai guru pun bisa menulis novel,” ujar Guru SD asal Padang, Sumatra Barat ini seperti rilis yang dikirim kepada satuharapan.com pada Sabtu (7/2).
Sementara itu, Irzen Hawer, guru dan novelis Sumatera Barat ikut memberikan apresiasi atas terbitnya novel Refdinal Castera. Menurutnya, seorang guru tetaplah guru. Tak sebatas di kelas, kini lewat penanya, guru telah menjadi milik semua orang.
“Sumatera Barat kembali melahirkan novelis. Kita harus memberikan apresiasi atas terbitnya novel ini,” ujar Irzen Hawer yang telah menerbitkan empat novel sepanjang 2010-2013.
Motivator Kepenulisan dari Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, Muhammad Subhan menambahkan, seorang guru yang menulis akan menjadi inspirasi bagi siswa-siswanya untuk ikut berkarya.
Refdinal Castera pun menurutnya telah menjadi teladan bagi lingkungannya di dunia pendidikan, khususnya bagi peserta didik yang ia bina.
“Banyak orang menjadi guru, tetapi guru yang menulis novel jumlahnya masih sedikit sekali, salah seorangnya Refdinal Castera,” kata Muhammad Subhan.
Sementara itu, Kepala Sekolah dan Instruktur Lembaga Pendidikan di Padangpariaman Amzah M, S.Pd., turut memberikan komentar atas terbitnya novel Satu Huruf di Mesin Tik karya Refdinal Castera.
“Semoga novel ini menjadi motivasi dan pelecut bagi guru lainnya untuk bisa pula mengikuti jejak kreatif yang telah digoreskan penulis novel ini,” katanya.
Refdinal Castera ialah guru SD Negeri 28 Padang Sarai, Koto Tangah Kota Padang. Selain fokus menulis novel, ia juga pernah menjadi wartawan di sejumlah media di Kota Padang. Ia juga menjadi penulis lepas di beberapa media massa, baik lokal dan nasional.
Satu Huruf di Mesin Tik
Satu Huruf di Mesin Tik berkisah tentang kehidupan seorang guru muda honorer yang telah jenuh dengan pekerjaannya. Walau telah di berbagai sekolah ia mengajar, predikat yang disandang tersebut tak pernah berubah. Tetap guru honorer, tak lebih dari itu.
Tapi, kejenuhan itu dihalaunya dengan tekad untuk berubah. Berbekal modal gemar membaca dan senang menulis diari, ia sulap isi diarinya itu ke bentuk cerpen, puisi, essai dan berbagai artikel serta mengirimnya ke koran. Awalnya dia menulis dengan tulisan tangan, kemudian mesin tik manual pinjaman dari tetangga. Sekitar 6 bulan menunggu, tulisan demi tulisan dikirim plus dengan penolakan redaktur, akhirnya dimuat dan terus dimuat, sehingga mesin tik tersebut bisa dibeli dengan honor tulisan yang diterima.
Novel ini berlatarkan Kota Padang dan Jakarta. Bumi Ibu Kota yang penuh dengan impian didatangi si tokoh utama untuk mengubah nasib. Kota tersebut memang indah, tapi keindahan impian itu tak selalu jadi kenyataan. “Ini Jakarta, Bung! Kejamnya ibu tiri, tak sekejam Ibu Kota,” demikian salah satu bagian di novel itu.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...