Gusdurian Jatim: Biarkan Pengungsi Syiah Mudik Lebaran
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM - Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang indah bagi mayoritas umat Islam, namun tidak bagi ratusan pengungsi Syiah Sampang di Rusunawa Jemundo Sidoarjo, Jawa Timur. Kondisi mereka kian memprihatinkan menyusul edaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur yang berisi larangan bagi mereka pulang kampung karena alasan keamanan.
"Pelarangan dengan faktor sepihak ini tentu semakin meruntuhkan konfidensi para pengungsi untuk bisa berbaur kembali dengan lingkungan yang sudah mereka tinggalkan lebih dari dua tahun ini," kata Aan Anshori, Kordinator Jaringan GUSDURian (JGD) Jawa Timur, Sabtu (26/7).
Aan menilai, pelarangan sepihak dengan alasan keamanan ini sebenarnya menunjukkan dua hal penting. Pertama, pemerintah provinsi Jatim tengah melecehkan dirinya sendiri dengan cara menunjukkan ketidakmampuannya menyediakan pengamanan mudik bagi para pengungsi Syiah Sampang.
Padahal, kata dia, terdapat lebih dari 20.000 polisi dari berbagai kesatuan di bawah kendali Polda Jatim yang harusnya siap memberi pengamanan. "Jika masih kurang, polda bisa meminta bantuan Pangdam V/Brawijaya menggerakan pasukannya mengawal mudik pengungsi," tegasnya.
Sebagai catatan, Jawa timur adalah salah satu basis kekuatan infanteri terbesar di Indonesia. Divisi Infanteri II Kostrad berada di Malang diperkirakan memiliki kekuatan 15-20 ribu pasukan. Sedangkan Brigade Infanteri 1/Marinir yang berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya mempunyai kekuatan lebih dari 5 ribu pasukan.
"Poinnya, Jawa Timur mempunyai kekuatan pengamanan lebih dari cukup hanya untuk memastikan pengungsi Syiah bisa mudik lebaran," ujarnya.
Kedua, alasan keamanan yang dikemukakan BPBD Jawa Timur cenderung mengadu domba penduduk Madura dengan cara menstigma warga Madura (Sampang) sebagai penduduk yang tidak cinta damai dan suka kekerasan. Cara pandang pemprov Jawa Timur ini sangat berbahaya terutama dalam rangka menemukan model rekonsiliasi damai konflik ini.
Dengan demikian, lanjut Aan, Gusdurian Jatim mendesak Gubernur dan Kapolda Jatim untuk tidak malas memberikan pengamanan bagi pengungsi Syiah Sampang yang berkehendak mudik.
"Kami minta pemprov (Jatim) untuk menghentikan stigma pada Sampang sebagai kabupaten yang identik dengan kekerasan dan instabilitas.
Selain itu, Aan juga mendorong semua pihak untuk menjadikan idul fitri sebagai momentum kembali pada kesucian diri yang ditandai dengan penghormatan dan toleransi atas berbagai perbedaan.
"Biarkan para pengungsi Syiah mudik ke kampung halamannya," kata Aan menyerukan. (nu.or.id)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...