Haiti: Geng “400 Mawozo” Diduga Culik 17 Misionaris
PORT-AU-PRINCE, SATUHARAPAN.COM-Sebuah geng kejahatan yang dipersalahkan menculik lima pastor dan dua biarawati awal tahun ini di Haiti kini dituduh menculik 17 misionaris dari sebuah organisasi yang berbasis di Amerika Serikat, termasuk seorang anak berusia dua tahun, kata polisi, hari Minggu (17/10).
Geng yang dijuluki “400 Mawozo” menculik kelompok itu, yang korbannya juga termasuk beberapa orang tua, di Ganthier, sebuah komune yang terletak di sebelah timur ibuk ota Port-au-Prince, kata inspektur polisi Haiti, Frantz Champagne, dikutip The Associated Press.
Geng, yang namanya bererati 400 "pria tidak berpengalaman," mengontrol daerah Croix-des-Bouquets yang mencakup Ganthier, di mana mereka melakukan penculikan dan pembajakan mobil dan memeras pemilik bisnis, menurut pihak berwenang.
Haiti sekali lagi berjuang dengan lonjakan penculikan terkait geng kejahatan yang telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir, setelah Presiden Jovenel Moïse ditembak mati di kediaman pribadinya pada 7 Juli dan gempa berkekuatan 7,2 menewaskan lebih dari 2.200 orang pada Agustus.
Para misionaris sedang dalam perjalanan pulang pada hari Sabtu dari membangun panti asuhan, menurut sebuah pesan dari Christian Aid Ministries yang berbasis di Ohio yang mengirim ke berbagai misi keagamaan.
"Ini adalah peringatan doa khusus," kata pesan satu menit itu. “Berdoalah agar anggota geng itu mau bertobat.”
Pesan itu mengatakan direktur lapangan misi bekerja dengan Kedutaan Besar AS, dan bahwa keluarga direktur lapangan dan satu orang tak dikenal lainnya tinggal di pangkalan kementerian sementara semua orang mengunjungi panti asuhan.
Seorang juru bicara pemerintah AS mengatakan para pejabat mengetahui laporan tentang penculikan itu. “Kesejahteraan dan keselamatan warga AS di luar negeri adalah salah satu prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri,” kata juru bicara itu, menolak berkomentar lebih lanjut.
Sementara itu, seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa AS telah menghubungi pihak berwenang Haiti untuk mencoba menyelesaikan kasus tersebut.
Geng kejahatan di Haiti menuntut uang tebusan mulai dari beberapa ratus dolar hingga lebih dari US$ 1 juta, menurut pihak berwenang.
Bulan lalu, seorang diaken dibunuh di depan sebuah gereja di ibu kota Port-au-Prince dan istrinya diculik, satu dari lusinan orang yang diculik dalam beberapa bulan terakhir.
Setidaknya 328 korban penculikan dilaporkan ke Kepolisian Nasional Haiti dalam delapan bulan pertama tahun 2021, dibandingkan dengan total 234 untuk tahun 2020, menurut laporan yang dikeluarkan bulan lalu oleh Kantor Terpadu PBB di Haiti (BINUH).
Geng itu telah dituduh menculik anak sekolah, dokter, petugas polisi, penumpang bus, dan lain-lain saat mereka tumbuh menjadi kelompok kejahatan yang lebih kuat.
Pada bulan April, seorang pria yang mengaku sebagai pemimpin geng dari “400 Mawozo” mengatakan kepada sebuah stasiun radio bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas penculikan lima pastor, dua biarawati, dan tiga kerabat dari salah satu pastor bulan itu. Mereka kemudian dibebaskan.
Sebuah protes dijadwalkan pada Senin untuk mengecam kurangnya keamanan di negara itu. “Kekacauan politik, meningkatnya kekerasan geng, memburuknya kondisi sosial ekonomi, termasuk kerawanan pangan dan kekurangan gizi, semuanya berkontribusi pada memburuknya situasi kemanusiaan,” kata BINUH dalam laporannya. “Polisi kewalahan dan kekurangan sumber daya tidak dapat mengatasi masalah keamanan di Haiti.”
Sementara itu, pada hari Jumat, Dewan Keamanan PBB memberikan suara bulat untuk memperpanjang misi politik PBB di Haiti.
Penculikan para misionaris itu terjadi hanya beberapa hari setelah pejabat tinggi AS mengunjungi Haiti dan menjanjikan lebih banyak sumber daya untuk Kepolisian Nasional Haiti, termasuk US$ 15 juta lagi untuk membantu mengurangi kekerasan geng, yang tahun ini telah membuat ribuan warga Haiti yang sekarang tinggal di tempat penampungan sementara di pengungsian dalam kondisi yang semakin tidak higienis.
Di antara mereka yang bertemu dengan kepala polisi Haiti adalah Uzra Zeya, wakil menteri luar negeri AS untuk keamanan sipil, demokrasi, dan hak asasi manusia. “Membongkar geng-geng kejahatan sangat penting untuk stabilitas Haiti dan keamanan warga,” tweetnya baru-baru ini. (AP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...