Halangi Atlet dengan Alasan Politik Rugikan Calon Tuan Rumah Olimpiade
Peringatan IOC itu terkait keinginan Indonesia jadi tuan rumah Olimpiade 2036, tapi ada catatan menolak pertandingan Israel pada Piala Dunia U-20.
MUMBAI, SATUHARAPAN.COM-Negara-negara yang mengecualikan atlet dari kompetisi karena alasan politik berisiko merugikan rencana mereka menjadi tuan rumah Olimpiade, kata IOC pada hari Minggu (15/10).
“Meningkatnya politisasi olah raga” ditandai sebagai masalah oleh anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC), Kolinda Grabar-KitaroviÄ, mantan presiden Kroasia, dalam informasi terbaru kepada para pemimpin olah raga global tentang negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah pertandingan tersebut di masa depan.
Meski tidak mengidentifikasi negara-negara bermasalah, Polandia dan Indonesia telah menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036. Ini adalah Pertandingan Musim Panas berikutnya yang tersedia untuk diberikan penghargaan.
Polandia menolak mengizinkan atlet Rusia berkompetisi di European Games tahun ini dan Indonesia dicabut oleh badan sepak bola FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 putra pada bulan Mei karena negara berpenduduk mayoritas Muslim tidak ingin menggelar pertandingan Israel.
“Kami telah menyaksikan semakin banyak pembatasan yang diberlakukan pemerintah terhadap akses atlet ke kompetisi olah raga internasional,” kata Grabar-KitaroviÄ di Mumbai, India, pada pertemuan tahunan IOC. Pertemuan tersebut dibuka pada hari Sabtu (14/10) dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan negaranya ingin menjadi tuan rumah tahun 2036.
Panel IOC yang bekerja sama dengan calon penawar, yang diketuai oleh Grabar-KitaroviÄ, “harus mempertimbangkan setiap pelanggaran Piagam Olimpiade di semua tahap dialog,” katanya.
“Penting bagi semua pihak yang berkepentingan dan tuan rumah pilihan untuk berkomitmen mematuhi kode etik dan aturan perilaku IOC,” katanya.
Presiden federasi sepak bola Indonesia, Erick Thohir, juga merupakan anggota terpilih IOC meskipun diumumkan absen pada hari Minggu (15/10) di awal pertemuan.
Keputusan mengenai tuan rumah Olimpiade 2036 harus diambil “tidak sebelum tahun 2026 atau 2027.” Grabar-KitaroviÄ mengatakan, dalam proses baru yang menghindari kampanye publik dan kontestasi pemungutan suara. Tuan rumah Olimpiade biasanya dipilih ketika sejumlah kandidat dimasukkan ke dalam 100 anggota IOC.
Sebaliknya, calon tuan rumah kini bekerja di belakang layar dengan IOC, sehingga kandidat pilihan mendapatkan periode negosiasi eksklusif untuk menyempurnakan rencananya.
Tuan rumah Olimpiade 2032 Brisbane (Australia) adalah yang pertama dipilih dengan cara ini dua tahun lalu ketika anggota IOC menyetujui rekomendasi dari dewan eksekutif yang diketuai oleh presiden mereka, Thomas Bach.
Grabar-KitaroviÄ menambahkan bahwa pemilihan tahun 2036 harus dilakukan di bawah “kepemimpinan IOC yang baru,” karena batas masa jabatan Bach selama 12 tahun akan berakhir pada tahun 2025.
Sebelumnya pada hari Minggu, beberapa anggota IOC bertanya apakah Bach dapat tetap menjadi presiden untuk masa jabatan empat tahun tambahan hingga tahun 2029. Hal ini akan memerlukan perubahan peraturan Olimpiade, kemungkinan pada bulan Juli menjelang Olimpiade Paris 2024. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...