Hamas Setuju Gencatan Senjata Satu Hari Lagi, Israel Belum Beri Tanggapan
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Kelompok Hamas mengatakan pada hari Kamis (30/11) bahwa mereka telah setuju untuk memperpanjang gencatan senjata dengan Israel di Gaza untuk hari ketujuh.
Militer Israel sebelumnya mengatakan gencatan senjata dengan Hamas akan diperpanjang untuk memungkinkan mediator terus bekerja untuk membebaskan sandera yang ditahan di Gaza.
“Mengingat upaya mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera dan tunduk pada ketentuan kerangka kerja, jeda operasional akan terus berlanjut,” kata militer Israel, tanpa menentukan jangka waktu.
Hamas Tidak Puas dengan Proposal Israel
Namun sumber Hamas mengatakan pada hari Rabu, beberapa jam sebelum gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza berakhir, bahwa kelompok militan Palestina tidak puas dengan usulan Israel untuk perpanjangan lagi.
“Apa yang diusulkan dalam diskusi untuk memperpanjang gencatan senjata bukanlah yang terbaik,” kata sumber tersebut kepada AFP.
Komentar tersebut muncul di tengah negosiasi yang dipimpin oleh mediator Qatar dan Mesir untuk perpanjangan kedua gencatan senjata, yang sejauh ini telah menyebabkan 60 sandera yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, semuanya perempuan dan anak-anak, dibebaskan dengan imbalan 180 tahanan Palestina dan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Perjanjian saat ini akan berakhir pada hari hari Kamis (30/11) pukul 07:00 pagi waktu setempat (05: 00 GMT).
Pembicaraan difokuskan pada perpanjangan jeda “dua hari atau lebih”, kata sumber Hamas kepada AFP. Gerakan Palestina menuntut penarikan tank dan peralatan militer Israel dari Jalur Gaza, kata sumber tersebut.
“Setiap diskusi mengenai pertukaran tahanan militer, tentara dan perwira pertama-tama akan membutuhkan penghentian agresi (Israel) dan pencabutan pengepungan yang mencekik Gaza,” tambah sumber itu.
Komentar tersebut muncul setelah seorang pejabat senior Hamas mengatakan mereka siap melepaskan semua tentara Israel yang ditawannya dengan imbalan semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel.
“Kami siap membebaskan semua tentara sebagai imbalan atas semua tahanan kami,” kata pejabat Hamas dan mantan menteri kesehatan Gaza Bassem Naim pada konferensi pers di Cape Town, saat berkunjung ke Afrika Selatan.
Militan Gaza menawan sekitar 240 tawanan dari Israel selatan dalam serangan tanggal 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut para pejabat Israel.
30 Tahanan Palestina Dibebaskan
Sebagai tanggapan, Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan kampanye udara dan darat yang menurut pemerintah Hamas telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, sebagian besar juga warga sipil.
Di antara sandera yang masih ditahan oleh Hamas adalah tentara yang tidak termasuk dalam perjanjian pertukaran, dan kemungkinan besar akan digunakan sebagai alat tawar-menawar yang penting.
Pada tahun 2011, lebih dari 1.000 warga Palestina ditukar dengan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditawan oleh Hamas lima tahun sebelumnya.
Kelompok aktivis mengatakan ada lebih dari 7.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel, banyak dari mereka jauh lebih menonjol dibandingkan anak-anak dan perempuan yang dibebaskan sejauh ini.
Hamas pada bulan Oktober telah menuntut Israel untuk membebaskan semua tahanan Palestina, namun pada saat itu mereka menawarkan untuk melepaskan semua sandera sebagai imbalannya.
Tiga puluh tahanan Palestina telah dibebaskan pada hari Rabu (29/11) malam, kata otoritas penjara Israel, dalam pertukaran terakhir berdasarkan perpanjangan perjanjian gencatan senjata yang akan berakhir dalam beberapa jam.
“Pada malam hari, 30 tahanan keamanan pria dan wanita dibebaskan dari sejumlah fasilitas penjara,” kata layanan penjara negara itu dalam sebuah pernyataan. Ini untuk imbalan 12 sandera Israel yang dibebaskan pada hari yang sama, selain empat warga Thailand. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...