Hampir 400 Orang Tewas, Banjir di Kerala, India
KOCHI, NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Jumlah korban tewas akibat banjir terburuk dalam satu abad belakangan di Negara Bagian Kerala, India selatan, Senin (20/8), naik menjadi hampir 400 orang.
Korban terus berjatuhan pada saat pemerintah membagikan obat dan disinfektan, untuk menangkal penyakit di kalangan ribuan penampungan penyintas.
Puluhan orang hilang dan 1,2 juta berlindung di tempat penampungan, kata pejabat negara, ketika air surut.
"Jumlah korban tewas meningkat menjadi 373," kata pejabat dari bagian penanggulangan bencana negara kepada Reuters.
Kerala, menerima curah hujan lebih tinggi 40 persen daripada curah hujan normal pada musim hujan, yang berlangsung sejak Juni hingga September. Hujan deras dalam 10 hari belakangan memaksa petugas melepaskan air dari puluhan bendungan penuh, yang berbahaya.
Pemerintah India mengklasifikasikan banjir sebagai "bencana yang parah". Kerala telah meminta agar bencana itu menjadi bencana nasional, yang jika diterima pemerintah federal, kemungkinan akan mendorong komitmen dana yang lebih besar untuk upaya bantuan dan pembangunan kembali.
Tapi, tanpa tolok-ukur untuk pernyataan semacam itu, usul tersebut bisa jadi merupakan tugas berat, kata pejabat negara yang terlibat dengan manajemen bencana.
Kepala Menteri Kerala Pinarayi Vijayan menyebut, banjir itu sebagai yang terburuk dalam sejarah India, sehingga lebih dari setengah jutaan orang mengungsi.
Menteri kesehatan federal JP Nadda mengatakan, lebih dari 3.500 kamp medis didirikan di seluruh wilayah dengan ukuran lebih kurang seluas Swiss, lokasi hujan sejak 8 Agustus telah membuat sungai meluap dan memicu tanah longsor.
"Ada permintaan untuk 90 jenis obat berbeda dan pengiriman pertama telah dilakukan," katanya.
"Tantangan terbesar segera di masa depan adalah pembersihan rumah yang terkena banjir, rehabilitasi, dan pencegahan penyakit yang terbawa air, " kata Mahesh P., seorang pejabat desa di Rayamangalam, sekitar 45km (28 mil) dari Ibu Kota Perekonomian Kerala, Kochi.
Mahesh mengawasi empat lokasi penampungan bantuan di desanya, yang lolos dari kerusakan akibat banjir. Kamp menampung orang diselamatkan dari daerah tetangga, daerah-daerah dengan dampak terburuk.
Penduduk desa berkumpul untuk menyelamatkan orang dan mencegah bencana lebih besar, kata Mahesh.
"Banjir mendekatkan satu sama lain, berbagi apa pun yang mereka punya," katanya. (Antaranews.com)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...