Harapan Warga Jakarta Jelang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Warga DKI Jakarta berharap situasi di ibu kota akan tetap aman menjelang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
Rasa trauma dan khawatir masih menyelimuti hati Helen Agustin, warga Kampung Melayu, Jakarta Timur. Betapa tidak, tujuh belas tahun yang lalu, Gereja Koinonia di Jatinegara, Jakarta Timur, yang menjadi tempat Helen beribadah, sempat menjadi sasaran teror bom menjelang perayaan natal dan tahun baru.
Meski kejadian tersebut sudah berlangsung lama, tapi rasa was was masih tetap ada, khususnya ketika Helen menjalankan ibadah Natal. Sebagai umat Kristiani, ia berharap aparat keamanan meningkatkan pengamanan agar peristiwa tragis pada tahun 2000 lalu tidak terulang lagi.
“Itu pastinya menimbulkan truma tersendiri. Pasti khawatir ya, karena kita tidak tahu mereka akan melakukan apa lagi kedepannya. Tidak terprediksi, rencana apa lagi yang akan mereka (teroris) lakukan,” kata Helan.
“Harapannya semoga natal dan tahun baru ini, kepolisian bisa meningkatkan keamanan dalam natal dan tahun baru sehingga ketika beribadah dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang, tidak ada rasa kegelisahan atau ketakutan yang menyelimuti,” kata Helen menambahkan.
Harapan serupa disampaikan warga lain Jakarta, Zakiah, yang memuji kinerja polisi menangkap 19 teroris menjelang Natal dan Tahun Baru. Menurut dia, pencegahan harus terus dilakukan supaya warga tetap merasa aman. Meski demikian, Zakiah mengakui bahwa mencegah terjadinya teror bukan sekedar tugas aparat, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat.
Perempuan berusia 45 tahun ini menceritakan sikap saling menghormati, menghargai dan membantu sesama umat beragama di tempat tinggalnya di daerah Slipi, Jakarta Barat.
Ketika perayaan natal tiba, warga Muslim di tempat tinggalnya ikut berjaga-jaga di sekitar gereja. Begitu juga sebaliknya. Hubungan yang harmonis antar umat beragama, ujar Zakiah, mendorong tumbuhnya rasa saling menghormati dan menghargai.
“Kalau di tempat saya, kita saling hormat menghormati. Kalau natal, orang Islam ikut berjaga-jaga di depan gereja. Bantuin aja, begitu juga sebaliknya, karena kan kalau terjadi apa-apa kita semua yang rugi. Dengan kita saling menghormati, otomatis kita akan lebih peka jika ada hal-hal yang mencurigakan, bukannya tidak peduli,” kata Zakiah.
Seorang warga lain yang ditemui VOA, Ahmad, mengatakan teroris memang musuh bersama yang harus diatasi bersama. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan warga adalah segera melaporkan hal-hal yang dinilai mencurigakan kepada ketua rukun tetangga (RT).
“Tentu saja kita harus lapor pertama kali ke Ketua RT, nanti dia yang meneruskan ke kantor polisi atau ke yang lebih berhak lagi. Saya berharap tidak ada bom atau serangan teror terhadap gereja atau acara-acara Kristiani menjelang natal atau natal karena ini akan menimbulkan rasa saling curiga antar umat beragama,” kata Ahmad.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, meminta polisi dan masyarakat bekerja sama dalam mengatasi terorisme.
“Kalau di tempat-tempat hiburan atau pariwisata, saya mengharapkan di situ ada satuan aparat pengamanan setempat, mohon bekerja sama dengan baik dengan aparat keamanan TNI, Polri di sekitarnya,” kata Setyo, seraya mengimbau agar masyarakat tetap waspada, namun tidak terlalu takut atau paranoid.
“Tetapi juga jangan terlalu menganggap enteng sehingga menganggap tidak mungkin. Semuanya serba mungkin karena terrorisme adalah ancaman nyata yang ada di depan mata kita,” kata Setyo.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan hingga kini belum ada ancaman terorisme yang terdeteksi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2018. Meski demikian, ancaman terorisme tetap merupakan kewaspadaan nomor satu. Salah satu langkah preventif yang dilakukan kata Tito dengan melakukan operasi serentak “Lilin Jaya 2017”.
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...