Harga BBM Berubah Tiap 2 Minggu Diyakini Tidak Picu Gejolak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said yakin tidak akan ada gejolak signifikan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan setiap dua pekan.
“Pertamina memiliki satu confidence level karena saat ini kami yakin tidak ada gejolak signifikan dan tidak ada konflik yang luar biasa sehubungan dengan itu (perubahan harga BBM setiap dua pekan),” kata Sudirman seusai pelantikan pejabat Eselon II Kementerian ESDM, di Gedung Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Senin (19/1).
Saat ini, demikian Sudirman, stok BBM milik PT Pertamina (Persero) cukup untuk 18-20 hari. Dia ingin agar stok bisa bertambah hingga mencapai minimal 30 hari.
"Diperlukan dana Rp 1,2 triliun untuk menambah 1 hari stok BBM."
Menteri ESDM Sudirman Said menyebutkan pemerintah kini sedang mengkaji membatasi harga Premium dan Solar paling murah Rp 6.500 per liter.
Pemerintah akan membangun fasilitas penyimpanan (storage) resmi apabila harga BBM berubah sesuai dengan harga minyak dunia, sehingga tidak perlu lagi ada aksi penimbunan apalagi antri BBM Bersubsidi di berbagai SPBU.
"Gagasan atau ide menabung keuntungan penjualan BBM sudah mendapatkan dukungan banyak menteri, terutama Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan," kata Sudirman Said.
Mantan petinggi PT Pindad (Persero) ini menampik anggapan bila nantinya rakyat yang memberi subsidi kepada negara.
"Pemerintah akan untung jualan Premium dan Solar, keuntungan tersebut nanti akan ditabung Kementerian Keuangan, selalu disampaikan berapa update tabungannya, nanti uangnya digunakan untuk menambah stok BBM," Sudirman mengakhiri penjelasannya..
Sejak Kamis (1/1/2015) pemerintah telah mencabut subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Sementara Solar masih diberikan subsidi tetap (fixed subsidy) 1.000 rupiah per liter. Artinya, harga kedua BBM ini bisa naik-turun mengikuti harga minyak.
Saat ini, harga minyak masih dalam tren turun sehingga harga Premium dan Solar pun ikut turun. Mulai 19 Januari 2015, harga Premium turun dari 7.600 rupiah per liter menjadi 6.600 rupiah per liter (di luar Jawa, Madura, Bali atau disingkat Jamali) dan harga Solar juga turun dari 7.250 rupiah per liter menjadi 6.400 rupiah per liter (di luar Jamali). Harga Premium dan Solar bisa saja turun lagi bila harga minyak terus anjlok.
Ide ini akan terus disiapkan lebih detil lagi, sehingga dalam waktu dekat pemerintah bisa menerapkan mekanisme tersebut. "Ini terus dimatangkan. Idenya bagus, dan diperuntukkan untuk hal yang jauh lebih bermanfaat," Sudirman Said mengakhiri penjelasannya kepada para pewarta.
Editor : Eben Ezer Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...