Harga Minyak Naik di Asia Jelang Pertemuan OPEC
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – Harga minyak dunia naik di Asia pada hari Selasa (24/11) menjelang pertemuan kartel minyak OPEC dan laporan tentang persediaan minyak mentah komersial AS, yang akan membiarkan para pedagang mengukur permintaan minyak di konsumen terbesar dunia.
Para analis mengatakan dampak komentar oleh menteri minyak Arab Saudi, bahwa negaranya siap bekerja sama dengan produsen minyak lain untuk menstabilkan harga, diredam karena tidak ada sinyal kuat akan memangkas produksi untuk mengurangai kelebihan global.
Pasar akan mengamati dengan seksama pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bulan depan untuk memperkuat pengumuman tentang tingkat produksi tinggi kartel, analis menambahkan.
Keputusan OPEC pada November 2014 untuk mempertahankan produksi tinggi meskipun kemerosotan harga mempercepat penurunan dari puncak lebih dari 100 dolar AS per barel pada awal tahun.
Pada sekitar pukul 06.10 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 27 sen menjadi 42,02 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk Januari diperdagangkan 20 sen lebih tinggi pada 45,03 dolar AS per barel.
"Tidak ada sinyal konkrit dari pernyataan menteri minyak Saudi bahwa OPEC akan mengurangi produksi mereka, sehingga dampaknya terbatas," kata Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura.
"Jika ada sinyal tersebut, harga akan melesat jauh lebih tinggi sekarang," katanya.
Dia mengatakan pasar sedang menunggu pertemuan OPEC untuk melihat apakah kartel "benar-benar berarti bisnis" dan mulai melakukan pemangkasan produksi.
Para pedagang juga sedang menunggu laporan hari Rabu tentang persediaan minyak mentah komersial AS untuk pekan yang berakhir 20 November. Diperkirakan data tersebut akan menunjukkan peningkatan lagi.
BMI Research mengatakan pertumbuhan lebih lambat di pasar negara berkembang telah membantu mempertahankan harga minyak murah.
"Harga akan kesulitan untuk pulih, karena permintaan yang lesu meninggalkan persediaan global tetap tinggi. Diesel adalah yang paling terpapar dari pertumbuhan lebih lemah, sebuah penyeimbangan kembali (rebalancing) ekonomi di Tiongkok dan pelambatan dalam perdagangan global," katanya dalam sebuah komentar pasar. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...