Harga Minyak Naik di Perdagangan Asia
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM Harga minyak sedikit lebih tinggi di perdagangan sepi Asia pada Selasa saat para dealer melakukan bargain-hunting sambil terus mengawasi tingginya pasokan cadangan minyak di Amerika Serikat, ujar analis.
Kontrak utama New York meliputi minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik empat sen menjadi 94,66 dolar Amerika (sekitar Rp1,056 juta) per barel di perdagangan pagi Asia, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman pada bulan yang sama naik sembilan sen menjadi 106,32 dolar Amerika (sekitar Rp1,186 juta).
Harga relatif datar, ujar Teoh Say Hwa, kepala investasi di Phillip Futures Singapura, kepada AFP pada 5/11.
Sedikitnya pergerakan disebabkan oleh investor yang tetap menunggu di sela-sela sebelum dirilisnya laporan mingguan EIA (Energy Information Administration) yang akan memberikan mereka arah yang lebih jelas berkaitan dengan cadangan (minyak) AS, ujarnya.
Cadangan minyak mentah di Amerika Serikat melonjak selama enam pekan terakhir, hingga sekitar 28 juta barel, menimbulkan kekhawatiran cadangan berlebih di negara dengan ekonomi terebesar dan pengonsumsi minyak mentah tertinggi di dunia tersebut.
WTI diperdagangkan di bawah ambang 95 dolar Amerika (sekitar Rp1,059 juta) setelah anjlok selama empat sesi berturut-turut pekan lalu di bawah tekanan dari lonjakan cadangan minyak mentah, sebelum meningkat pada Senin.
EIA akan merilis laporan cadangan mingguannya pada Rabu (6/11).
Tingkat produksi minyak Libya juga tetap menjadi fokus, kata para analis. Perusahaan minyak negara Libya mengatakan Senin bahwa pengunjuk rasa telah mempertahankan blokade mereka terhadap fasilitas minyak utama di negara tersebut, di mana produksi turun 80 persen sejak Juli.
Mohamed al-Harairi, seorang pejabat di National Oil Corporation, mengatakan kepada AFP bahwa ekspor dari terminal Al-Hariga di Libya timur, yang pemerintah mengatakan akan melanjutkan pada Senin, belum akif beroperasi karena alasan logistik.
Para pengunjuk rasa yang menuntut pekerjaan telah memblokir terminal sejak akhir Juli, menyebabkan kerugian sekitar 13 miliar dolar Amerika (sekitar Rp145 triliun) terhadap ekonomi Libya yang bergantung pada minyak tersebut, ujar pihak berwenang. (Antara)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...