Hari Ini, Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia Setelah 86 Tahun
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM-Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dijadwalkan untuk bergabung dengan ratusan jemaah pada shalat Jumat pertama di Hagia Sophia dalam 86 tahun, setelah putusan pengadilan tinggi yang kontroversial membuka jalan bagi monumen itu berubah status dari museum menjadi masjid.
Sebuah keputusan pemerintah membuka kembali "permata" Kekaisaran Bizantium untuk ibadat Muslim dan menghapus statusnya sebagai museum. Konversi dari apa yang dulunya merupakan gereja pada kekaisaran Kristen yang paling penting, dan telah menyebabkan protes internasional.
Monumen abad ke-6 itu yang tetap menjadi fitur utama di cakrawala Istanbul, memiliki sejarah yang kaya dengan simbolisme.
Era Bizantium
Hagia Sophia, atau Gereja Kebijaksanaan Suci, dibangun oleh Kaisar Bizantium, Justinianus I di situs basilika yang dihancurkan dengan nama yang sama. Selesai pada 537, bangunan itu adalah salah satu struktur kubah terbesar di dunia, dan berfungsi sebagai gereja Kristen Ortodoks terkemuka selama sekitar 900 tahun.
Upacara kekaisaran, termasuk penobatan kaisar, diadakan di sana. Mosaik beraneka warna yang menggambarkan Perawan Maria, bayi Yesus, malaikat dan simbol-simbol Kristen lainnya bersama dengan kaisar dan keluarga mereka dipasang oleh para penguasa selama berabad-abad menambah reputasinya sebagai permata arsitektur.
Penaklukan Ottoman
Sultan Ottoman, Mehmet sang Penakluk, mengalahkan Kekaisaran Bizantium dan merebut Istanbul, yang pada waktu itu dikenal sebagai Konstantinopel, pada tahun 1453. Pria berusia 21 tahun itu segera mengubah Hagia Sophia yang agung menjadi sebuah masjid sebagai lambang kemenangan Muslim atas kota itu.
Struktur tersebut berfungsi sebagai masjid kekaisaran dan para sultan selanjutnya menambahkan menara, sekolah, perpustakaan, dan air mancur, dan menyelesaikan perubahannya menjadi kompleks masjid. Mosaik-mosaik itu akhirnya diplester sesuai dengan tradisi ikonoklasma yang melarang penggambaran tokoh-tokoh.
Museum di Era Turki Sekular
Mustafa Kemal Ataturk, pahlawan perang yang mendirikan Republik Turki dari puing-puing Kekaisaran Ottoman pada tahun 1923, membuat Hagia Sophia dijadikan sebagai museum pada tahun 1934.
Hal itu sebagai bagian dari reformasinya untuk membangun negara sekuler. Mosaiknya dibawa kembali ke tempat terbuka, dan bangunan itu berfungsi selama bertahun-tahun sebagai simbol kekayaan multi-agama dan masa lalu multikultural Istanbul.
Hagia Sophia termasuk dalam daftar situs Warisan Dunia yang dikelola oleh badan kebudayaan PBB, UNESCO, dan bangunan itu menjadi salah satu landmark Turki yang paling banyak dikunjungi, menarik jutaan turis setiap tahun.
Namun, keputusan Atakurk untuk menghentikan penggunaan Hagia Sophia sebagai masjid disambut dengan cemas oleh kelompok agama dan nasionalis. Mereka telah lama menyerukan agar bangunan ikonik itu "dibebaskan dari rantainya" dan dikonversi kembali menjadi tempat ibadah Muslim.
Kembali Menjadi Masjid
Erdogan menandatangani keputusan pada 10 Juli untuk memenuhi keinginan mereka segera setelah pengadilan administrasi tertinggi Turki memutuskan bahwa penakluk Istanbul telah mewariskan Hagia Sophia sebagai masjid dan bahwa konversi menjadi museum pada tahun 1934 adalah ilegal.
Pemerintahnya telah berjanji untuk melindungi artefak Kristen Hagia Sophia dan untuk menjaga struktur terbuka bagi wisatawan di luar jam shalat.
Loket tiket masuk di luar telah dihilangkan, dan lantai marmer interior telah ditutupi karpet berwarna biru kehijauan yang dipilih oleh presiden sendiri sebagai persiapan untuk shalat Jumat pertama besok tanggal 24 Juli.
Sekitar 500 jemaah yang diundang dalam shalat Jumat itu diminta untuk menjaga jarak sosial karena wabah virus corona. Mosaik akan ditutup dengan tirai selama shalat, kata para pejabat.
Memenuhi Mimpi Muslim
Bagi Erdogan, seorang Muslim yang partainya yang berkuasa berakar pada gerakan Islam Turki, melakukan shalat Jumat di Hagia Sophia adalah mimpi dari masa mudanya yang menjadi kenyataan. Dia menggambarkan keputusan Ataturk untuk mengubahnya menjadi museum sebagai "kesalahan" yang sekarang sedang diperbaiki.
Para kritikus melihat keputusan presiden itu sebagai langkah terbaru Erdogan untuk mengalihkan perhatian dari kesengsaraan ekonomi, pandemi virus corona, dan hanya memperburuk dan menopang basis dukungan konservatif-religiusnya.
Membuka Hagia Sophia untuk shalat umat Muslim juga dipandang sebagai bagian dari upaya Erdogan untuk memperdalam identitas Muslim Turki dan untuk membalikkan warisan sekuler pendahulunya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...