Hari Perempuan Internasional: Kritik Terfokus pada Iran dan Afghanistan
SATUHARAPAN.COM - Demonstrasi yang menandai Hari Perempuan Internasional berlangsung di seluruh dunia pada hari Rabu (8/3) dengan fokus pada Afghanistan, di mana anak perempuan ditolak haknya untuk pendidikan, dan Iran, yang telah menyaksikan protes massal tentang hak-hak perempuan dalam beberapa bulan terakhir.
Aktivis mengenakan pakaian ungu dan mengadakan demonstrasi dari Jakarta dan Singapura sampai ke Istanbul, Berlin, Caracas, dan Montevideo.
Di Amerika, hak-hak reproduksi menjadi tema utama setelah keputusan aborsi Roe v. Wade AS dibatalkan tahun lalu dan aborsi sangat dibatasi di sebagian besar Amerika Latin. Perempuan juga menuntut tindakan atas tingginya tingkat pembunuhan perempuan dan anak perempuan yang tidak terpecahkan.
Di Mexico City, Silvia Vargas, 67 tahun, mengatakan dia telah menghadiri demonstrasi sejak putrinya Maria Fernanda, seorang lesbian, dibunuh pada tahun 2014.
“Tidak semua orang mendapatkan hak asasi manusia, pemerintah dan institusi menentukan mereka,” katanya, pihak berwenang telah membuatnya merasa bahwa seksualitas dan pembunuhan putrinya memalukan.
Di seluruh Amerika Selatan, dari Montevideo di pantai Atlantik hingga kota Quito di Andean, ribuan orang turun ke jalan, termasuk penduduk asli, pelajar, dan pekerja.
Di Rio de Janeiro Brasil, perempuan menuntut legalisasi aborsi dan tindakan terhadap femicides, sementara di Chile pengunjuk rasa Santiago, penari, artis, dan bahkan hewan peliharaan berdesakan di jalanan.
Di Manila, para aktivis menyerukan persamaan hak dan upah yang lebih baik bentrok dengan polisi yang memblokir protes mereka. “Perempuan hanya ingin bersenang-senang... hak asasi”, tulis salah satu poster. Polisi Turki menembakkan semprotan merica untuk membubarkan pengunjuk rasa di Istanbul.
Di Paris, para demonstran berbaris untuk menuntut pensiun yang lebih baik bagi perempuan yang bekerja paruh waktu, dan di Tel Aviv perempuan membentuk rantai manusia untuk memprotes perombakan peradilan yang mereka khawatirkan akan membahayakan kebebasan sipil.
Para pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan di beberapa kota di Spanyol untuk menuntut persamaan hak dan penghapusan “kejantanan”, tetapi perpecahan dalam gerakan feminis atas isu-isu seperti hak transjender dan prostitusi menyebabkan unjuk rasa yang bersaing.
Solidaritas bagi Perempuan Iran dan Afghanistan
Banyak protes termasuk seruan untuk solidaritas dengan perempuan di Iran dan Afghanistan. “Afghanistan di bawah Taliban tetap menjadi negara paling represif di dunia terkait hak-hak perempuan, dan sangat menyedihkan menyaksikan upaya metodis, terencana, dan sistematis mereka untuk mendorong perempuan dan anak perempuan Afghanistan keluar dari ruang publik,” kata Roza Otunbayeva, kepala Misi Bantuan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) di Afghanistan, mengatakan dalam sebuah pernyataan menandai hari itu.
Di London, pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan Iran dengan kostum yang terinspirasi oleh novel dan serial televisi "The Handmaid's Tale", sementara di Valencia, Spanyol, para perempuan memotong rambut mereka untuk mendukung perempuan Iran.
Kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada September lalu saat berada dalam tahanan polisi moralitas di Teheran memicu protes anti pemerintah terbesar di Iran selama bertahun-tahun.
Dalam beberapa hari terakhir, penguasa ulama Iran menghadapi tekanan baru karena kemarahan publik diperparah oleh gelombang peracunan yang menimpa anak perempuan di puluhan sekolah. Iran telah menangkap beberapa orang yang katanya terkait dengan peracunan dan menuduh beberapa koneksi ke "media pembangkang berbasis asing".
Saat Washington memperingati Hari Perempuan Internasional, Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap dua pejabat penjara senior Iran yang dituduh bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi yang serius terhadap perempuan dan anak perempuan.
Inggris juga mengumumkan paket sanksi terhadap apa yang digambarkannya sebagai "pelanggar global hak-hak perempuan", sementara UE mengumumkan sanksi baru pada hari Selasa.
Janji Baru
Beberapa pemerintah menandai hari Rabu itu dengan perubahan atau janji legislatif domestik.
Kanada mencabut undang-undang ketidaksenonohan dan anti aborsi, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan dia mendukung pencantuman hak aborsi dalam konstitusi, dan Irlandia mengumumkan referendum untuk menghapus referensi kuno tentang perempuan dalam konstitusinya.
Perdana Menteri peempuan pertama Italia, Giorgia Meloni, mengatakan perusahaan yang dikendalikan negara harus memiliki setidaknya satu pemimpin perempuan.
Di Jepang, yang menduduki peringkat 116 dari 146 negara dalam hal kesetaraan jender dalam laporan global Forum Ekonomi Dunia tahun lalu, kepala sekretaris cabinet, Hirokazu Matsuno, mengatakan kemajuan telah dicapai dalam memperbaiki kondisi kerja perempuan, tetapi masih banyak yang harus dilakukan.
“Situasi perempuan yang berusaha menyeimbangkan tanggung jawab rumah tangga dan tempat kerja cukup sulit,” katanya. “Langkah-langkah untuk mengatasi ini masih setengah jalan.”
Di Rusia, di mana Hari Perempuan Internasional adalah salah satu hari libur umum paling terkenal, ketua majelis tinggi parlemen menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan serangan keras terhadap gaya hidup LGBT.
“Laki-laki dan perempuan adalah tulang punggung komunitas biologis, sosial dan budaya,” kata Valentina Matviyenko menulis di blog di situs web Dewan Federasi.
“Oleh karena itu, tidak ada permainan jender yang berbahaya di negara kita dan tidak akan pernah ada. Mari kita serahkan pada Barat untuk melakukan eksperimen berbahaya ini sendiri.”
Di ibu kota Kolombia, Bogota, psikolog berusia 45 tahun, Paulina, yang tidak menyebutkan nama belakangnya, mengatakan bahwa "kekerasan yang tak terlihat" adalah masalah bagi perempuan di mana pun.
"Bahkan saat kami menjadi korban pelecehan, mereka mengatakan 'Kamu memakai rok, baju yang menunjukkan belahan dada, kamu sedang mencarinya, kan?’" (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...