Hendak Berangkat Jihad, Dicegat di Bandara Paris
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Seorang pemuda blasteran Maroko dan Prancis diinterogasi Kepolisian Bandar Udara Roissy Charles de Gaulle, Paris pada Minggu (3/8) dini hari WIB. Pria yang masih dirahasiakan identitasnya tersebut hendak menuju Turki dan ditangkap kemudian diinterogasi terkait dugaan kuat keterlibatan dalam pergerakan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) dan afiliasinya, Al-Nousra. Keterangan ini disampaikan siaran resmi kementerian dalam negeri Prancis kepada sejumlah media Prancis seperti France24, AFP, dan TV5.
“Pria tersebut kini dibawa ke markas kepolisian dan intelijen di bawah kewenangan Kementerian Dalam Negeri, dan masih kami teliti lebih lanjut kemungkinan keterlibatan dalam pergerakan jihad,” lanjut pernyataan resmi tersebut.
Kepolisian dan Intelijen yang menurut undang-undang di Prancis bekerja terpisah dari kepolisian biasa di Prancis ini bertugas mengawasi pergerakan masuknya imigran asing, terutama saat ini yang berkaitan dengan banyaknya pemuda-pemudi usia remaja dan mahasiswa keturunan Afrika yang bersemangat ikut jihad di Suriah dan Irak.
“Pria ini diinterogasi berkaitan dengan persiapan tindakan pengacauan dan terorisme,” lanjut pernyataan resmi tersebut.
AFP menyebut pria yang diduga akan melaksanakan aksi Jihad tersebut merupakan warga Prancis dan lahir di Arles (Provinsi Bouches du Rhone) dan berusia kira-kira 37 tahun. Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve pernah menyebut dalam wawancara ekslusif dengan AFP bahwa Turki merupakan negara persiapan (transit) para pemuda atau mahasiswa sebelum menuju “medan pertempuran”, Suriah dan Irak.
Bernard Cazeneuve menyoroti pentingnya peningkatan keamanan dalam negeri pada struktur sumber daya manusia dengan menyiapkan undang-undang anti teroris yang telah dia presentasikan di hadapan parlemen Prancis pada awal Juli 2014. Cazeneuve dan kementeriannya masih menunggu persetujuan parlemen pada September mendatang.
Selain pria yang ditangkap di Bandara Charles de Gaulle dini hari tadi, satu bulan yang lalu, seorang remaja Prancis (17) ditahan di Nice, kota di sebelah selatan Prancis. Saat diinterogasi kepolisian Nice, ternyata remaja tersebut telah tergabung dalam pergerakan Front Al-Nosra di Suriah (salah satu sayap Al-Qaeda) selama enam bulan, dan dia telah kembali ke Prancis, tetapi saat hendak kembali ke Suriah pemuda tersebut tertangkap bersama kakaknya yang berusia 23 tahun.
Kementerian Dalam Negeri juga tengah memproses kasus ini, walau sang ayah, Abdelrazak Cherif pernah mengatakan kepada France 24 anaknya tidak bersalah.
“Anak saya masih di bawah umur, tidak tahu apa-apa tentang terorisme, kenapa harus ditahan. Anak saya pulang ke Prancis dengan prosedur yang benar, dia toh bukan imigran gelap, karena surat-surat dan paspor beres semua, ah, sungguh aneh negara ini,” kata Cherif.
Di Prancis, Kementerian Dalam Negeri pernah merilis nomor telepon penting yang dapat dihubungi terkait penggalangan ideologi terorisme bagi anak muda dan telah disosialisasikan ke seluruh negeri. (AFP/france24.com).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...