Loading...
SAINS
Penulis: Melki 07:14 WIB | Senin, 10 Februari 2025

Hipertensi dapat Picu Munculnya Aneurisma

Ilustrasi - Seorang dokter sedang memeriksa tekanan darah seorang pasien. Freepik

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis syaraf lulusan Universitas Sam Ratulangi dr. Jeffry Foraldy Haryanto, Sp.N mengatakan hipertensi bisa menjadi salah satu risiko munculnya aneurisma.

Menurut Jeffry, seseorang yang memiliki hipertensi dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol bisa memengaruhi dinding pembuluh darah melemah, hal ini biasanya dialami salah satunya oleh yang sudah berusia lanjut.

"Padahal dia tidak punya aneurisma, tapi karena dia sudah hipertensi lama tak terkontrol, usianya makin tua kondisi dalam tubuh menurun, dinding pembuluh darahnya sudah mulai lemah. Ketika dia tekanan darahnya tidak terkontrol bisa tuh muncul aneurisma," kata dr. Jeffry Foraldy Haryanto, Sp.N, dalam wawancara di Tangerang, Banten, Kamis (6/2).

Dokter yang praktik di Rumah Sakit Hermina Bitung itu, menjelaskan aneurisma adalah pelemahan dari dinding pembuluh darah. Ketika terjadi kelemahan muncul benjolan-benjolan didinding pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, salah satunya bisa menyebabkan stroke perdarahan.

"Ketika pembuluh darah itu pecah, pendarahan di kepala nah itu yang kita bilang sebagai bom waktunya sudah muncul," ujar dia.

Dokter Jeffry mengatakan penyakit metabolik, seperti diabetes, kolesterol, obesitas, juga bisa memicu risiko munculnya aneurisma karena bisa memengaruhi dinding pembuluh darah lemah.

Selain itu, dokter Jeffry menjelaskan penyebab lain munculnya aneurisma adalah adanya kelainan pembentukan. Pada beberapa kasus aneurisma ini bisa muncul pada usia yang muda karena terjadi kelainan pembentukan pembuluh darah itu pas masih kecil.

"Biasanya sifatnya genetik jadi keturunan, misalnya ada riwayat keluarga bahkan beberapa generasi di atas sebelumnya yang kita tidak tahu punya aneurisma, nah itu bakat genetiknya yang diturunkan," ucap dia.

Dokter Jeffry menjelaskan aneurisma tidak memiliki gejala yang khas jika ukurannya masih kecil. Namun, aneurisma biasanya bisa terdeteksi jika ukurannya semakin besar.

"Sulit sebenarnya kita bilang gejala khas dari aneurisma, contoh kita punya aneurisma ukurannya masih kecil tidak akan ada gejalanya, kecuali misalnya nanti punya aneurisma tapi seiring jalannya waktu ukurannya semakin besar, ketika di ukuran besar itu ternyata dia ada menyenggol struktur lain di otak misalnya kena ke saraf atau pembuluh darah nah itu bisa menimbulkan gejala," ujar dia.

"Nanti gejala yang muncul tiba-tiba apa, ya itu tadi sakit kepala mendadak, bisa pingsan mendadak, atau ada muncul keluhan neurologis lain, aneurisma itu biasanya pasti hampir mendadak. Jadi kalau kita bilang gejala khasnya tidak ada," lanjutnya.

Lebih lanjut, dokter Jeffry menambahkan pemeriksaan aneurisma dapat dilakukan salah satunya dengan periksa MRI (magnetic resonance imaging) pembuluh darah otak sebagai langkah mendeteksi lebih awal sebelum pecah.

Editor : Melki


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home