Hiu Hilang, Masa Depan Laut Suram
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lautan Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 118 jenis hiu yang tersebar di seluruh perairan Nusantara. Sayangnya, praktik penangkapan ikan yang merusak dan tidak bertanggung jawab telah berdampak serius terhadap populasi dan keanekaragaman jenis hiu di Indonesia, seperti dikemukakan Sumardi Ariansyah, Oceans Campaigner Greenpeace Indonesia, pada Selasa (12/7) di Jakarta, yang dilansir situs greenpeace.org.
Ia menambahkan, Greenpeace melihat, jika penangkapan ikan merusak seperti rawai tuna (longline) dan jaring lingkar (pure seine), yang menggunakan rumpon terus berlanjut, tidak terkendali, akan terjadi kehancuran terhadap sumber daya ikan serta mengancam kelestarian hiu di lautan.
“Tingginya permintaan pasar luar dan dalam negeri, juga menyebabkan hiu tidak lagi sekadar menjadi tangkapan sampingan (by-catch), tetapi juga menjadi target utama perburuan. Hal ini harus segera dihentikan!” katanya.
Upaya-upaya penyelamatan sumber daya ikan harus terus diperjuangkan. Caranya, seperti dikemukakan Sumardi, adalah mendorong praktik perikanan tangkap yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem, seperti mendukung dan membangun kembali perikanan tuna yang berkelanjutan secara lingkungan, dan sosial, seperti huhate (pole and line) dan pancing ulur (tuna handline).
Hiu menjadi target utama penangkapan dan diburu untuk dimanfaatkan siripnya. Padahal, berbagai penelitian menyebutkan hiu merupakan kelompok ikan yang mengandung merkuri terbanyak dibanding jenis ikan lain di lautan.
Sirip hiu, sering dianggap sebagai bahan makanan yang mewakili status sosial ketika dihidangkan di meja makan, dalam perayaan hari besar atau hari penting. Namun, menunjukkan status sosial dengan turut merusak keseimbangan ekosistem di laut tentu tidak patut dibanggakan.
Dukungan dari semua pihak dalam penyelamatan sumber daya ikan, khususnya hiu, harus diperkuat dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah dan gerakan masyarakat sipil.
Keberlanjutan sumber daya laut untuk masa depan ada di tangan kita. Kita perlu bijak untuk jadi bagian dari solusi perubahan yang lebih baik, bukan menjadi bagian masalah yang mengancam keseimbangan ekosistem laut.
Lautan tanpa hiu, bukanlah laut yang sehat, sebaliknya laut yang sakit dan suram.
Saatnya bersuara dengan menolak untuk tidak mengkonsumsi apa pun makanan yang berbahan dasar hiu dan mendukung penghentian ekspor sirip hiu untuk memutus mata rantai perdagangan sirip hiu internasional.
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...