Hollande: Dimensi Kebudayaan Jadi Inti Hubungan Prancis-Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan bahwa dimensi kebudayaan harus dijadikan inti hubungan Prancis dan Indonesia, selain kerja sama di bidang lain seperti politik, bisnis, dan keamanan.
Karena itu dalam kunjungan singkatnya ke Jakarta, Hollande ingin memberi penekanan terhadap kerja sama ekonomi kreatif yang dapat mendorong daya cipta dan kebudayaan sebagai salah satu aspek untuk memperkuat hubungan kedua bangsa.
"Sejak 2011, kemitraan Prancis dan Indonesia sudah memasukkan kerja sama di bidang budaya untuk setiap kreasi mulai dari video game, film, fashion, dan produk kreatif lain," ujar Presiden Hollande dalam acara "Creative Economy and Cultural Industries in a Digital World" di Jakarta, Rabu (29/3).
Seperti Indonesia yang menjunjung keragaman budaya, Prancis menurut Hollande, menggunakan kebudayaan sebagai pintu gerbang untuk masuk dan diakui di dunia internasional.
Secara terbuka, Prancis menerima seluruh seniman dan kreator berbakat dari seluruh dunia untuk menjalin kerja sama produktif bagi kedua pihak.
Pusat Perfilman dan Animasi Prancis (CNC) bahkan memungkinkan membiayai produksi film di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Prancis juga mengundang lebih banyak produser dan sutradara untuk melakukan proses pengambilan gambar di negara tersebut.
"Kami punya sejumlah festival film, bukan hanya Cannes, yang menerima film-film dari seluruh dunia. Kami ingin film-film Indonesia hadir dalam festival-festival internasional di Prancis," kata Hollande.
Sebagai negara yang menonjol dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara, industri perfilman di Indonesia dinilai masih memiliki peluang besar untuk dapat dikembangkan.
Dalam hal ini, Prancis sebagai kiblat perfilman Eropa siap membantu Indonesia untuk proses pertukaran pengetahuan dan kolaborasi produksi melalui nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani CNC dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Menurut Kepala Bekraf Triawan Munaf, kerja sama dengan CNC akan membantu meningkatkan kemampuan sineas film Indonesia dan pemerintah dalam mengatur pemberian insentif kepada pelaku industri perfilman.
"Untuk memastikan keberpihakan pemerintah terhadap dunia film, kami perlu masukan dan keahlian teknis. Indonesia akan melakukan pengurangan pajak agar lebih banyak orang melakukan syuting filmnya di Indonesia yang sangat indah alamnya," kata Triawan.
Salah satu film yang merupakan proyek kolaborasi seniman Indonesia dan Prancis adalah "Marlina the Murderer in Four Acts" besutan sutradara Mouly Surya.
Proses produksi film yang dibintangi aktris Marsha Timothy itu dilakukan di Indonesia dan Prancis dengan subsidi dari Kementerian Komunikasi dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri Prancis melalui CNC.(Ant)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...