Hotspot Kebakaran Hutan Sebabkan Kualitas Udara Riau Memburuk
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Satelit MODIS dari NASA berhasil mendeteksi 32 hotspot (titik panas) kebakaran hutan dan lahan di Riau pada Minggu (28/8) sore. Dari jumlah itu, seperti dikemukakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, seperti dikutip dari bnpb.go.id, 32 hotspot pada tingkat kepercayaan Sedang (30-70 persen) dan 12 hotspot pada tingkat kepercayaan Tinggi (lebih dari 70 persen).
Daerah yang paling banyak terjadi hotspot adalah di Kabupaten Rokan Hilir, yaitu 32 titik. Lainnya tersebar di Pelalawan, Kampar, Meranti, Rokan Hulu, Bengkalis, Inhil, dan Inhu.
Lahan yang terbakar di Kabupaten Rokan Hilir antara lain di Kecamatan Pujud (50 hektare), Labuhan Tangga (10 ha), Rantau Bais (40 ha), Tanah Putih (25 ha), Teluk Beno (40), dan Kubu (10 ha). Lahan yang terbakar sebagian besar adalah lahan open akses, kebun masyarakat tanah ulayat, dan lahan swasta yang dikuasai masyarakat. Pembakaran dilakukan untuk pembersihan lahan dengan membakar sebelum dimanfatkan untuk perkebunan.
Pantauan udara terlihat masih banyak ditemukan asap tebal produk dari kebakaran hutan dan lahan. Sebaran asap menyebabkan menurunnya jarak pandang. Jarak pandang di Dumai 1 kilometer dan Pelalawan 3 kilometer karena tertutup asap pada Minggu (28/8) pukul 16.00 Wib. Di Pekanbaru 6 kilometer dan Rengat 8 kilometer. Sejak pagi hingga sore jarak pandang di Dumai hanya 1 kilometer.
Menurut Sutopo, kondisi ini menyebabkan kualitas udara menurun. Berdasarkan laporan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau dan KLHK, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada Minggu (28/8) pukul 17.00 Wib di Bagan Siapi-api (Rokan Hilir) pada tingkat Berbahaya, di Duri Camp (Bengkalis) pada tingkat Sangat Tidak Sehat, dan di Dumai, Libo (Rokan Hilir), Duri Field (Bengkalis) pada tingkat Tidak Sehat. Sedangkan di Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, dan Siak masih pada level Sedang.
ISPU dengan tingkat Berbahaya dapat merugikan kesehatan yang serius, sedangkan pada Sangat Tidak Sehat dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Begitu juga dengan ISPU level Tidak Sehat dapat merugikan pada manusia atau kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Berdasarkan pantauan Satelit Himawari dari BMKG pada Minggu (28/8) pukul 12.00 Wib, sebaran asap tipis dari Riau terbawa angin ke timur hingga Singapura dan perairan di bagian timur. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di Singapura kembali Tidak Sehat pada PM2,5 dengan konsentrasi 159 psi, sedangkan untuk PM10 masih baik.
Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih terus dilakukan. Kondisi udara kering menyebabkan api cukup sulit dipadamkan. Apalagi lahan yang terbakar adalah gambut. Satgas darat gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Damkar, relawan dan karyawan perusahaan memadamkan api di berbagai lokasi kebakaran hutan dan lahan. Dua pesawat Air Tractor water bombing BNPB pada hari ini melakukan penerbangan 7 sortie dengan menjatuhkan 27,9 ribu liter air di daerah Pujud Rohil dan Kandis Siak. Empat heli water bombing beroperasi di daerah Tasik Serai Bengkalis, Karya Indah Kec Tapung Kampar, dan Pujud Rohil.
Luas hutan dan lahan yang terbakar di Riau sejak Januari hingga sekarang sekitar 3.218 hektar. Satgas Penegakan Hukum telah menangani 64 kejadian perkara dengan jumlah tersangka 84 orang.
Editor : Sotyati
Kiat Anak Tetap Aman dari Keracunan Saat Liburan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Tahukah anda bahwa ada lebih dari 90 persen paparan racun dapat terjadi d...