Houthi di Yaman Ungkap Rudalnya Berbahan Bakar Padat Mirip Hipersonik Iran
SANAA, SATUHARAPAN.COM-Pemberontak Houthi Yaman telah meluncurkan rudal berbahan bakar padat baru di gudang senjata mereka yang menyerupai aspek yang sebelumnya ditampilkan oleh Iran yang digambarkan Teheran mampu terbang dengan kecepatan hipersonik.
Pemberontak menembakkan rudal baru “Palestina”, lengkap dengan hulu ledak yang dicat seperti syal kotak-kotak keffiyeh Palestina, di pelabuhan Eilat di Teluk Aqaba selatan di Israel pada hari Senin (3/6). Serangan itu memicu sirene serangan udara tetapi tidak menimbulkan kerusakan atau cedera yang dilaporkan.
Rekaman yang dirilis oleh kelompok Houthi pada hari Rabu (5/6) malam menunjukkan Rudal Palestina itu diangkat dengan sebuah peluncur bergerak dan terbang dengan cepat ke udara dengan kepulan asap putih keluar dari mesinnya. Asap putih biasa terjadi pada rudal berbahan bakar padat.
Rudal berbahan bakar padat dapat dipasang dan ditembakkan lebih cepat dibandingkan rudal berbahan bakar cair. Hal ini menjadi kekhawatiran utama bagi kelompok Houthi karena lokasi peluncuran rudal mereka telah berulang kali menjadi sasaran pasukan Amerika Serikat dan sekutu dalam beberapa bulan terakhir karena serangan pemberontak terhadap kapal-kapal yang melewati koridor Laut Merah. Salah satu serangan serupa menghantam kelompok Houthi bahkan sebelum mereka mampu meluncurkan rudalnya.
Sementara itu, kelompok Houthi menggambarkan Rudal Palestina sebagai rudal “buatan lokal”. Namun, kelompok Houthi tidak diketahui memiliki kemampuan untuk membuat sistem rudal dan panduan yang rumit secara lokal di Yaman, negara termiskin di dunia Arab, yang dilanda perang sejak pemberontak merebut ibu kota, Sanaa, hampir satu dekade lalu.
Namun, kelompok Houthi telah berulang kali dipersenjatai oleh Iran selama perang meskipun ada embargo senjata PBB. Meskipun Iran mengklaim tidak mempersenjatai kelompok Houthi, kapal-kapal yang disita oleh AS dan sekutunya menemukan persenjataan, bahan bakar rudal, dan komponen Iran di dalamnya.
Media Iran melaporkan peluncuran Rudal Palestina dan menggambarkannya sebagai produk lokal, mengutip Houthi. Namun, elemen desain pada rudal tersebut menyerupai rudal lain yang dikembangkan oleh paramiliter Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Termasuk seseorang yang disebut Fattah, atau “Penakluk” dalam bahasa Farsi.
Iran meluncurkan rudal tersebut tahun lalu dan mengklaim rudal tersebut bisa mencapai kecepatan Mach 15 – atau 15 kali kecepatan suara. Ia juga menggambarkan jangkauan rudal tersebut hingga 1.400 kilometer (870 mil). Jaraknya sedikit lebih jauh dibandingkan wilayah Eilat di Yaman yang dikuasai Houthi, namun rudal dapat dikonfigurasi ulang untuk meningkatkan jangkauannya.
Pada bulan Maret, kantor berita RIA Novosti yang dikelola pemerintah Rusia mengutip sumber anonim yang mengklaim Houthi memiliki rudal hipersonik.
“Meskipun kami tidak dapat memastikan dengan pasti versi apa yang digunakan oleh ‘Rudal Palestina’, kami dapat mengatakan dengan kepastian yang tinggi bahwa ini adalah rudal propelan padat yang canggih dan dipandu secara presisi (Guard) yang dikembangkan oleh Iran,” tulis Fabian Hinz, seorang ahli rudal dan peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis.
Ketika ditanya tentang kesamaan antara Rudal Palestina dan rudal-rudalnya, misi Iran untuk PBB mengatakan kepada Associated Press bahwa Teheran “tidak terlibat dalam kegiatan apa pun yang bertentangan” dengan resolusi PBB.
“Kekuatan militer Yaman telah berkembang sejak perang dimulai… – sebuah fakta yang berakar pada kapasitas internal dan kehebatan Ansar Allah,” kata misi tersebut, yang menggunakan nama lain untuk Houthi.
Senjata hipersonik, yang terbang dengan kecepatan lebih tinggi dari Mach 5, dapat menimbulkan tantangan penting bagi sistem pertahanan rudal karena kecepatan dan kemampuan manuvernya.
Rudal balistik terbang pada lintasan yang memungkinkan sistem anti rudal seperti Patriot buatan AS dapat mengantisipasi jalurnya dan mencegatnya. Semakin tidak teratur jalur penerbangan rudal, seperti rudal hipersonik dengan kemampuan mengubah arah, semakin sulit untuk dicegat.
China diyakini sedang mengejar senjata tersebut, begitu pula Amerika. Rusia mengklaim telah menggunakannya.
Masih belum jelas seberapa baik manuver Rudal Palestina dan seberapa cepat pergerakannya.
Sementara itu pada hari Kamis (6/6), sebuah kapal komersial di Laut Merah bagian selatan dekat Selat Bab el-Mandeb melaporkan melihat ledakan di dekatnya, meskipun tidak ada yang terluka, kata pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris milik militer Inggris. Perusahaan keamanan swasta Ambrey juga melaporkan ledakan tersebut. Meskipun tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, kecurigaan langsung tertuju pada kelompok Houthi.
Komando Pusat militer AS mengatakan Houthi menembakkan satu rudal balistik ke Laut Merah, sementara Amerika dan sekutunya menghancurkan sembilan drone dan dua perahu drone pada hari terakhir. “Tidak ada yang masuk atau kerusakan yang dilaporkan oleh kapal AS, koalisi, atau komersial,” katanya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...