Hujan Masih Turun di Musim Kemarau Tahun Ini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Selama bulan Juni wilayah Indonesia masih akan mengalami kondisi cukup hujan. Hasil prediksi model atmosfer CCAM (Cubic Conformal Atmospheric Model) yang dikembangkan di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), seperti dapat dibaca di situs resmi lapan.go.id, 23 Mei, menyebutkan hal itu.
Penurunan hujan hanya terjadi di bagian tenggara Indonesia. Demikian juga pada bulan Juli dan Agustus, penurunan curah hujan di selatan Indonesia tampak tidak signifikan sebagaimana tahun lalu. Itu artinya, kemungkinan Indonesia akan mengalami anomali basah pada musim kemarau tahun ini.
Prediksi mengenai anomali musim basah di musim kemarau secara fisis berkaitan dengan dua faktor pemicu utama. Pertama, seperti dikemukakan Tim Variabilitas Iklim PSTA Lapan, terjadinya proses penyeimbangan (reinforce) di kawasan Samudra Pasifik dengan terbentuknya upwelling Kelvin Wave di laut, sebagai pembangkit awal terjadinya La Nina. Upwelling adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya.
Hal itu dibuktikan dari hasil pemantauan tinggi permukaan air laut di Samudra Pasifik barat dekat wilayah Indonesia yang lebih tinggi dan menjalar menuju ke timur.
Kedua, aktivitas MJO yang kemungkinan terus menjalar ke wilayah Indonesia (fase 4 dan 5) sehingga menimbulkan aktivitas konveksi yang tinggi melalui pergerakannya. MJO, Madden-Julian Oscillation atau Siklus Hidup Osilasi Madden-Julian, adalah salah satu fenomena global yang mempengaruhi cuaca dan iklim Indonesia. MJO berperan penting sebagai variasi intramusim yang berpengaruh terhadap variasi cuaca di daerah tropis. (lapan.go.id)
Editor : Sotyati
Victor Gyokeres Pemain Terbaik Swedia 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyerang Sporting CP, Viktor Gyokeres terpilih sebagai pemain terbaik Sw...