Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:55 WIB | Jumat, 19 Juli 2024

Hungaria Dikritik dan Hadapi Ancaman Boikot Anggota UE Atas Kunjungan Orbán ke Rusia dan China

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban tiba di sebuah acara memperingati ulang tahun ke-75 NATO di Auditorium Andrew W. Mellon pada KTT NATO di Washington, pada 9 Juli 2024. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán telah mengirimkan surat kepada para pemimpin Uni Eropa negara-negara yang memberi pengarahan kepada mereka mengenai kunjungan luar negerinya yang tidak diumumkan baru-baru ini yang membuat marah para pemimpin lain di blok tersebut. (Foto: dok. AP/Mark Schiefelbein)

BUDAPEST-HONGARIA, SATUHARAPAN.COM-Beberapa pemimpin Uni Eropa pada hari Selasa (16/7) memprotes apa yang mereka lihat sebagai penyalahgunaan jabatan presiden bergilir oleh Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán. Banyak di antara mereka, termasuk mereka yang berada di komisi eksekutif UE, memboikot pertemuan informal yang diselenggarakan oleh Hungaria sebagai tanggapan terhadap keputusan dan tindakan Orbán.

Para pejabat marah karena Orbán, seorang populis nasionalis yang dipandang memiliki hubungan paling hangat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di antara para pemimpin Uni Eropa, melakukan perjalanan mendadak ke Moskow dan Beijing awal bulan ini untuk melakukan apa yang disebutnya sebagai “misi perdamaian” yang bertujuan untuk menengahi tujuan perdamaian untuk perang Rusia di Ukraina.

Orbán mengatakan dia mencari jalan tercepat menuju perdamaian di Ukraina dan menggambarkan dirinya sebagai orang yang memiliki posisi unik untuk berkomunikasi dengan kedua pihak yang bertikai. Pekan lalu dia juga bertemu dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di kompleks rumahnya di Mar-a-Lago dan menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan segera “menyelesaikan” konflik tersebut.

Namun mitra Orbán di UE terkejut dengan kesan bahwa ia bertindak atas nama 27 anggota blok tersebut selama pertemuannya dengan Putin dan Presiden China, Xi Jinping, dan khawatir bahwa ia merusak persatuan UE dalam mendukung Ukraina. Hongaria memegang jabatan presiden bergilir Dewan UE dari Juli hingga Desember 2024.

Sebagai tanggapan, beberapa negara termasuk Swedia dan Finlandia, serta Komisi Uni Eropa, mengatakan bahwa para pejabat tinggi mereka akan memboikot pertemuan di Budapest dan sebagai gantinya akan mengirim pegawai negeri sipil.

Namun tidak semua anggota UE bertindak serupa. Para menteri energi Austria, Belgia dan Bulgaria menghadiri pertemuan informal mengenai energi pada hari Selasa (16/7) di ibu kota Hungaria, dan salah satu menterinya meremehkan boikot tersebut.

“Saya pikir kami memiliki perwakilan yang baik,” kata Vladimir Malinov, menteri energi sementara Bulgaria, saat memasuki pertemuan tersebut. “Mengingat ini pertemuan informal, maka tidak menjadi masalah. Mungkin di tingkat formal kita akan memiliki keterwakilan yang jauh lebih tinggi.”

Rencana komisi untuk memboikot pertemuan tersebut memicu reaksi beragam dari para pejabat Hungaria, dan beberapa di antara mereka menggunakan nada permusuhan yang telah lama menjadi ciri pemerintahan Orbán ketika menyangkut UE.

Kinga Gál, seorang anggota parlemen terkemuka Uni Eropa dari partai Fidesz yang mengusung Orbán, mengatakan bahwa keputusan komisi tersebut “jelas merupakan bagian dari kampanye pemilu von der Leyen,” mengacu pada Presiden Komisi, Ursula von der Leyen, yang berharap dapat terpilih untuk masa jabatan lima tahun lagi pada hari Kamis (18/7).

“Kami sudah terbiasa (von der Leyen) menggunakan institusi UE, terutama terhadap Hongaria untuk pemerasan dan tekanan politik,” tulis Gál di situs media sosial X pada hari Senin (15/7). “Ini tidak dapat diterima dan bertentangan dengan esensi kerja sama Eropa.”

Menteri Keuangan Hungaria, Mihály Varga, lebih tenang, dengan mengatakan di Brussel pada hari Selasa  (16/7) bahwa kepresidenan Hungaria di UE “tetap berkomitmen pada kerja sama yang tulus dengan semua negara dan lembaga anggota.”

Varga mengatakan para menteri “bebas memutuskan untuk mengambil bagian dalam acara kami atau tidak. Namun saya sangat yakin bahwa akan ada partisipasi tingkat tinggi dalam acara tersebut.”

Sementara itu, sekelompok 63 anggota parlemen di badan legislatif UE menulis surat kepada para pejabat tinggi blok tersebut pada hari Senin (15/7) yang mendesak mereka untuk mencabut hak suara Hungaria atas perjalanan Orbán baru-baru ini.

Surat tersebut, ditujukan kepada von der Leyen, Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, dan ketua Parlemen Eropa, Roberta Metsola, mengatakan Orbán “telah menyebabkan kerusakan yang signifikan dengan mengeksploitasi dan menyalahgunakan” jabatan presiden bergilir dengan memberikan kesan bahwa dia bertindak atas nama dari UE.

Orbán “dengan sengaja salah mengartikan kewenangannya” selama pertemuannya dengan Putin dan Xi, tulis anggota parlemen, dan menambahkan: “Perilaku seperti ini berarti merampas kekuasaan dan hak prerogatif UE” dan “secara aktif merusak posisi bersama UE” mengenai Ukraina.

Tindakan pemimpin Hongaria baru-baru ini, lanjut surat itu, “membutuhkan tindakan nyata, seperti menangguhkan hak suara Hungaria di Dewan, karena praktik telah menunjukkan bahwa kecaman lisan terhadap situasi ini tidak akan berpengaruh.”

Dalam jumpa pers pada hari Selasa (16/7), Stefan de Keersmaecker, juru bicara komisi, mengatakan bahwa dengan mengirimkan pejabat tingkat rendah ke pertemuan Hungaria, badan tersebut ingin “menandai ketidaksetujuan kami” dengan perjalanan Orbán yang tidak terkoordinasi dan pesan yang mereka kirimkan mengenai perang di Ukraina.

Kunjungan tersebut, katanya, “benar-benar telah merusak citra persatuan yang sangat diperlukan di Uni Eropa.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home