HUT ke-71 Kemerdekaan: Dunia Pendidikan Masih Gonjang-ganjing
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sudah 71 tahun bangsa Indonesia mengenyam kemerdekaan, namun sejumlah kalangan beranggapan di beberapa bidang negeri ini masih belum merdeka. Salah satunya di sektor pendidikan, yang masih menghadapi berbagai masalah, termasuk kualitas guru.
Anggota Komisi X DPR RI, Dadang Rusdiana, menilai di dunia pendidikan masih gonjang-ganjing. “Pendidikan masih banyak menyisakan permasalahan yang harus diselesaikan, seperti kualitas guru, gonjang ganjing, kurikulum, serta sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai sepenuhnya,” kata Dadang saat dihubungi satuharapan.com, hari Sabtu (13/4).
Kasus kekerasan dalam pendidikan masih tinggi. Pelaku tidak hanya guru terhadap murid, tetapi murid dan orangtua terhadap guru, serta siswa terhadap sesama siswa. “Kekerasan di dunia pendidikan masih menjadi masalah," kata dia.
Dadang menegaskan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendukbud) harus fokus dan mengupayakan dana pendidikan sebagaimana amanat konstitusi, "Jangan memenuhi ketentuan minimal 20 persen (APBN, Red) saja," kata dia.
Jadi, kata Dadang, pemerintah harus berani menetapkan dalam praktik di angka 30 persen, dengan porsi terbesar diberikan untuk beasiswa/Bidikmisi, bantuan biaya pendidikan, berbeda dari beasiswa yang berfokus pada memberikan penghargaan atau dukungan dana terhadap mereka yang berprestasi. Bidikmisi berfokus kepada yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi seperti tertuang dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan.
Selain itu, kata Dadang, anggaran untuk Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) harus ada peningkatan, juga untuk peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, serta peningkatan sarana prasarana sekolah sesuai tuntutan standar dan mutu.
Kekerasan di Dunia Pendidikan
Kasus terbaru kekerasan di dunia pendidikan, seperti disinggung Dadang, terjadi di Makassar. Seorang guru SMK Negeri 2 Makassar, Drs Dasrul (45), dihajar orangtua salah satu siswa. Orangtua bernama Adnan Achmad (38) itu tak terima anaknya ditampar si pendidik, pada hari Rabu (10/8) sekitar pukul 10.30 WITA.
Peristiwa itu bermula saat Dasrul membawakan mata pelajaran arsitek dan memberi tugas menggambar bagi muridnya di Kelas Dua Jurusan Arsitek Dua. Namun, salah satu siswa, berinisial MAS (15), malah keluar masuk kelas dan tidak membawa kertas gambar.
Dasrul, seperti pengakuannya kepada penyidik, mengaku menegur muridnya lantaran tidak mengerjakan tugas dan mengganggu rekannya yang lain.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...