IDF: Hamas Mungkin Sembunyikan Sandera di Bawah RS Anak-anak Rantisi Gaza
Juru bicara IDF merilis video dari ruang bawah tanah rumah sakit Rantisi yang menunjukkan simpanan senjata, menuduh kelompok teror menggunakan fasilitas medis di Jalur Gaza 'sebagai alat perang.'
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel mengungkapkan apa yang dikatakannya sebagai bukti bahwa ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kota Gaza digunakan oleh kelompok teror Hamas untuk menyembunyikan senjata dan kemungkinan menyandera pada tanggal 7 Oktober. Ini diungkap ketika Yerusalem berupaya menghilangkan kritik atas pertempuran di dekat rumah sakit yang dianggap sebagai tempat persembunyian teroris.
“Hamas bersembunyi di rumah sakit. Hari ini, kami akan mengungkap hal ini kepada dunia,” kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam konferensi pers, hari Senin (13/11) malam.
Video dari IDF yang diunggah akun Youtube Faktaisrael.
Berbicara dalam bahasa Inggris, Hagari menyajikan bukti yang menunjukkan senjata Hamas disimpan di bawah rumah sakit anak Rantisi di Gaza, serta ruangan yang tampaknya digunakan untuk menyandera. Satu ruangan yang dibuat menyerupai ruang tamu menampilkan tirai jendela yang menutupi dinding ubin dan kalender pergantian penjaga yang dimulai pada tanggal 7 Oktober, hari di mana Hamas mengirim ribuan teroris ke Israel, di mana mereka membantai sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang lainnya.
Di ruangan sebelah terdapat sebuah kursi dengan rok perempuan dan tali di samping salah satu kakinya, yang menurut Hagari merupakan bukti penggunaan pembatas.
Kursi tersebut terletak di bawah peralatan yang disumbangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan botol bayi di atasnya dan popok di lantai.
“Ini adalah kejahatan perang, ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Hagari, menuduh organisasi internasional mendanai rumah sakit untuk membantu teror.
Ada juga sepeda motor yang diduga digunakan oleh warga Palestina untuk mengangkut sandera ke Gaza, kata Hagari, serta apa yang tampak seperti kamar mandi darurat, dapur, dan pipa ventilasi.
Israel terus menyelidiki apakah para sandera benar-benar ditahan di lokasi tersebut, dan tim forensik dikirim ke sana pada hari Senin, kata Hagari.
Di antara senjata yang ditemukan di ruang bawah tanah rumah sakit adalah rompi bom bunuh diri, granat, senapan serbu AK-47, alat peledak, RPG, dan senjata lainnya, menurut IDF. Hagari menggambarkan daerah itu sebagai pusat komando dan kendali Hamas.
“Hamas menggunakan rumah sakit sebagai instrumen perang,” kata Hagari dalam video dari ruang bawah tanah rumah sakit, sambil berdiri di sebuah ruangan yang dihiasi gambar pohon anak-anak berwarna-warni di atas senjata yang dipajang di lantai.
Konferensi pers tersebut dilakukan ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mendekati Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza, yang menurut pihak Yerusalem menyembunyikan pusat operasi utama Hamas. Fokus pada Al Shifa dan rumah sakit lainnya telah meningkatkan tekanan pada Israel untuk berbuat lebih banyak guna melindungi warga sipil Gaza yang terjebak dalam baku tembak.
“Perang kami melawan Hamas, bukan melawan rakyat di Gaza. Terutama yang sakit, perempuan, atau anak-anak,” kata Hagari. “Perang kami adalah melawan Hamas yang menggunakan mereka sebagai tameng manusia.”
Dia mengatakan Israel telah membantu mengevakuasi warga di RS Rantisi, yang berspesialisasi dalam perawatan kanker, serta rumah sakit lain di Gaza utara, yang menjadi lokasi pertempuran terberat. Israel telah mendesak warga sipil untuk meninggalkan Gaza utara menuju bagian selatan wilayah kantong tersebut.
Selama akhir pekan, IDF merilis audio yang disebutnya sebagai percakapan telepon antara seorang perwira Israel dan seorang pejabat rumah sakit di mana mereka diberi instruksi untuk keluar dari fasilitas tersebut dengan aman dan dijanjikan ambulans untuk mengevakuasi orang yang sakit.
“Kami mencoba memindahkan warga Gaza ke daerah aman di selatan dan menjadikan rumah sakit tersebut sebagai mesin teror,” kata Hagari, hari Senin. “Dunia harus mengetahuinya. Dan dunia tidak boleh melupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap Israel.”
Dia mengatakan beberapa teroris mungkin telah dievakuasi dari rumah sakit bersama para pasien.
Dugaan tempat persembunyian di bawah Rantisi terungkap oleh unit komando elite Angkatan Laut Shayetet 13 dan Brigade Lapis Baja 401, yang menggerebek rumah sakit saat mereka melawan anggota Hamas yang bersembunyi di sana, kata IDF.
Di dekat rumah sakit, di samping gedung apartemen tempat tinggal seorang komando senior Hamas, tentara juga menemukan pintu masuk terowongan yang ditutupi pintu anti ledakan, meskipun Hagari tidak mengatakan apakah terowongan itu mencapai rumah sakit.
Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk menyembunyikan infrastruktur militer, dan menuduh bahwa kelompok teror tersebut menggunakan pasien sebagai tameng hidup, sehingga memaksa Israel untuk mengurangi serangannya atau mengambil risiko lebih banyak korban sipil.
“Hamas secara sistematis menjalankan mesin terornya di bawah rumah sakit di Gaza,” kata Hagari. Hukum internasional memberikan perlindungan khusus kepada rumah sakit selama perang. Namun rumah sakit bisa kehilangan perlindungan tersebut jika kombatan menggunakannya untuk menyembunyikan pejuang atau menyimpan senjata, menurut Komite Palang Merah Internasional.
Palang Merah pada hari Senin (13/11) berusaha mengevakuasi sekitar 6.000 pasien, staf dan pengungsi dari rumah sakit lain, Al-Quds, setelah rumah sakit tersebut ditutup karena kekurangan bahan bakar, namun Palang Merah mengatakan konvoinya harus mundur karena penembakan dan pertempuran.
Pada hari Senin, Israel merilis sebuah video yang menunjukkan apa yang dikatakannya sebagai seorang teroris dengan peluncur granat berpeluncur roket memasuki rumah sakit Al-Quds. Sebuah tank Israel ditempatkan di dekatnya.
Hingga hari Jumat, lebih dari 11.000 warga Palestina, dua pertiganya adalah perempuan dan anak di bawah umur, telah terbunuh sejak perang dimulai, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang. Jumlah kelompok teror tersebut tidak dapat diverifikasi dan kemungkinan besar termasuk mereka yang tewas akibat roket yang salah sasaran oleh kelompok teror Gaza yang meledak di Jalur Gaza.
Hagari mengatakan koresponden asing yang bertugas di tentara di Gaza pada hari Senin ditembak ketika mereka meninggalkan daerah tersebut. (ToI)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...