Idul Fitri Tahun Ini Berpotensi Beda
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari Raya Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal 1436 H berpotensi tidak bersamaan. Posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadan pada saat diadakan rukyatul hilal tahun ini sangat tipis sehingga kemunginan tidak berhasil dilihat.
“Posisi hilal sangat tipis hanya tiga derajat sehingga ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu. Sementara yang berpatokan pada hisab menetapkan standar berbeda-beda, seperti antara Muhammadiyah dan Persis,” kata Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU H Nahari Muslih seperti dikutip dari NU Online, hari Rabu (1/7).
Data dalam almanak PBNU yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah untuk markaz Jakarta menunjukkan, ijtima’ atau konjungsi sudah terjadi pada Kamis 16 Juli bertepatan dengan 29 Ramadan 1436 H pukul 08.25 WIB. Sementara tinggi hilal pada saat Matahari terbenam pada tanggal itu 3°1' derajat dan hilal akan berada di atas ufuk selama 13 menit 25 detik.
Data hisab itu telah memenuhi kriteria imkanur rukyat atau visibilitas pengamatan yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yakni pada saat Matahari terbenam ketinggian bulan di atas ufuk minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau pada saat bulan terbenam usia Bulan minimum 8 jam dihitung sejak ijtima’.
Namun kriteria imkanurrukyat yang telah disepakati itu dinilai masih terlalu sulit. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebelumnya menyatakan, secara ilmiah hilal baru akan bisa dilihat di atas ketinggian 5° di atas ufuk. Sementara ormas Islam yang berpedoman pada “hisab murni” seperti Muhammadiyah dan Persis menetapkan standar berbeda-beda, sehingga tahun ini dimungkinkan ada perbedaan dalam penentuan awal Syawal.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...