IFW 2015, Gerakan Bersama Majukan Mode Indonesia
SATUHARAPAN.COM – Indonesia Fashion Week 2015 yang dilangsungkan di Jakarta Convention Center, 26 Februari – 1 Maret 2015, baru saja usai. Pekan Mode Indonesia itu bukan sekadar pesta yang hanya memperlihatkan gemerlap dunia mode, seperti anggapan sebagian kalangan selama ini.
Direktur Indonsia Fashion Week Dina Midiani dalam beberapa kesempatan menegaskan Indonesia Fashion Week (IFW) adalah sebuah gerakan. “Gerakan bersama untuk mencapai tujuan yang sama, demi mencapai cita-cita Indonesia menjadi pusat mode Asia, dan kemudian menjadi pusat mode dunia pada 2025,” kata Dina di sela-sela penyelenggaraan Indonesia Fashion Week 2015, Jumat (27/2).
Cita-cita menjadikan Indonesia pusat mode dunia itu digagas sejak penyelenggaraan IFW pertama, empat tahun lalu. Gagasan itu diperkuat dengan susunan Blueprint Ekonomi Kreatif Subsektor Mode.
Dina menjelaskan, di IFW semua pemangku kepentingan bertemu, mulai dari kreator dan pelaku bisnis dari kalangan desainer, perajin, pengusaha UKM/IKM, perusahaan garmen, perusahan tekstil, asosiasi, akademisi, media, hingga pemerintah. Melalui ajang pekan mode itu pemangku kepentingan menyatakan optimistismenya mengarahkan dan mempromosikan produk mode buatan Indonesia yang mampu bersaing di pasar internasional.
Keyakinan bisnis fashion di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan hingga ke tingkat dunia itu juga diakui Corporate Secretary BNI Tribuana Tunggadewi dalam temu pers pertengahan Februari lalu. Alasan itu pula yang mendorong bank tersebut selain menjadi official banking partner yang dipercaya melayani transaksi selama IFW digelar, juga menampilkan sepuluh mitra binaan serta debitur BNI Bina Wira Usaha dalam IFW.
Melalui IFW, Dina berharap dapat merapikan fondasi untuk mencapai tujuan membidik pasar dunia tersebut. “Jaringan mulai terbentuk, tetapi kekuatan fondasi masih belum bisa dikatakan mencapai 50 persen. Pekerjaan rumah masih sangat banyak,” Dina, yang juga dikenal sebagai perancang busana dan staf pengajar di beberapa sekolah mode itu menjelaskan.
Animo memang sudah terbentuk. Dina mengajak melihat berbagai penyelenggaraan pekan mode, yang bahkan belakangan ini digelar kota-kota besar di Indonesia. Bermunculannya sekolah mode di Tanah Air juga menjadi fenomena yang menggambarkan bisnis mode di Tanah Air menggeliat. Berkembangnya kepedulian untuk mulai memilih produk lokal dibandingkan dengan produk luar juga menggembirakan. “Tapi sinergi yang sudah mulai terbentuk itu harus terus dipupuk, harus diperkuat,” kata Dina.
Warga yang sudah melek mode harus diakomodasi. “Jangan kemudian sudah melek mode tetapi keinginan untuk bisa mendapatkan baju produk lokal itu tidak terakomodasi. Buntut-buntutnya produk Tiongkok yang datang membanjiri pasar Indonesia,” Dina menggambarkan.
Dia mencontohkan kampanye batik dalam negeri seiring penetapan batik sebagai warisan dunia nonbenda oleh Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO). “Apa yang disebut orang batik Tiongkok langsung membanjiri pasar ketika produksi Indonesia kurang memenuhi permintaan pasar. Sudah batik printing, bikinan Tiongkok pula,” dia mencontohkan.
Berdasarkan pertimbangan itu Dina berharap IFW menjadi gerakan, bukan sekadar pesta mode, yang dampaknya lebih mempersatukan berbagai pihak untuk lebih fokus ke tujuan. “Jika tujuan sudah ditentukan, menuju pasar dunia, tentu semua pemangku kepentingan akan mengarah ke sana, walaupun berbeda cara pencapaiannya,” Dina mengibaratkan.
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...