Ikan Hiu dan Pari Terancam Punah di Perairan Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ikan hiu dan pari mungkin terlihat seperti pengunjung dari zaman prasejarah, tapi mereka dapat berperilaku layaknya manusia. Dengan cara menyumbangkan energi mereka kepada anak-anak. Namun sayangnya, akibat dari aktivitas ini banyak spesies yang mungkin tidak bertahan hidup di industri perikanan.
Menurut laporan sebuah jurnal yang diterbitkan pada hari Selasa (21/1) melalui eLife, seperempat dari spesies ikan bertulang rawan di dunia atau yang dikenal sebagai chondrichthyans kini terancam punah. Mereka adalah ikan hiu dan pari. Hiu hantu dan hiu todak adalah yang sedikit diketahui namun mengesankan, dan kini terancam punah.
"Karena kelangkaan mereka, dan fakta bahwa ikan hiu todak tidak memiliki nilai jual atau menarik dalam olah raga memancing menyebabkan studi tentang mereka sulit ditemukan," ucap Burgess, seorang ahli ikan yang ikut menulis laporan tersebut. "Sayangnya, kami sebagai ilmuwan, hanya bekerja atas dasar ekonomi, dan penelitian kami harus dibiayai."
Penulis menekankan, "Peningkatan manajemen penangkapan ikan dan perdagangan sangat dibutuhkan untuk menghindari kepunahan dan mendorong pemulihan populasi."
Chondrichthyans merupakan hewan dengan tingkat kehamilan terlama di dunia dan memiliki masa kanak-kanak terlama juga. Hal ini biasanya adalah strategi yang baik bagi hewan predator, seperti serigala atau anjing coyote, dan hiu muda yang memerlukan waktu untuk belajar bagaimana berburu beragam mangsa dalam lingkungan yang senantiasa berubah .
Beberapa studi telah menemukan bahwa hiu muda memiliki tingkat kekurang hati-hatian yang rendah, dan sulit diprediksi seperti yang sudah dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa mereka harus belajar dari pengalaman lebih dahulu. Dengan banyak melakukan pemburuan, bahkan hiu lemon terlihat membentuk sekawanan untuk makan bersama menuju pantai.
Tapi dengan meningkatnya penangkapan oleh manusia yang menjadi super- predator, siklus hidup yang lambat yang memberikan ruang untuk tingkat pembelajaran dapat menjadi suatu kerugian.
"Aktivitas memancing merupakan proses penurunan populasi, dan hal tersebut terjadi di alam melalui predasi dan penyakit," jelas Burgess. "Itu bagian alami dari memberi dan mengambil dari alam."
"Apa yang terjadi dalam dunia komersial. Ketika memancing, kita masuk ke dalam alam yang menghasilkan sumber tambahan kematian," ucapnyaa. "Sebagian besar populasi spesies hewan dapat dimanfaatkan di luar ketahanan mereka."
Populasi hiu dan pari telah mengalami penurunan di seluruh perairan dunia, namun yang paling tragis adalah aktivitas memancing yang terjadi di Mediterania dan keanekaragaman hayati Segitiga Indo-Pasifik, yang meliputi perairan laut tropis karang yang kaya yang menghubungkan Indonesia, Filipina, dan Papua New Guinea.
Resiko tingkat kepunahan Chondrichthyans jauh lebih tinggi dibandingkan kelas invertebrata lainnya. Dari tujuh spesies yang paling terancam, lima adalah pari, yang sering muncul di perairan dangkal yang sering dikunjungi oleh manusia.
Namun ikan hiu todak adalah yang terburuk. Dengan belalai berduri hewan ini sering dan mudah terjerat dalam jala yang digunakan untuk menjerat ikan tuna.
Para pemburu itu sebenarnya adalah mereka yang tinggal dekat pantai. Namun, mereka berhasil menghilang dan tidak terdeteksi oleh manusia. (csmonitor.com)
Editor : Sabar Subekti
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...