Ilmuwan: Asap Kebakaran Hutan Lebih Berbahaya Bagi Kesehatan
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Para ilmuwan yang mengukur polusi udara mengatakan asap beracun dari kebakaran hutan di Indonesia yang telah menyesakkan di Asia Tenggara itu dapat lebih berbahaya bagi kesehatan manusia dan tanaman dibandingkan indikasi kesehatan yang disampaikan pejabat pemerintah.
Petani yang mengharapkan hasil panen akan terkena dampak buruk dari kabut asap karena tanaman mereka terlalu sedikit menerima sinar matahari untuk proses fotosintesis normal. Sedangkan angka yang dikeluarkan pemerintah sebesar setengah juta yang tekena dampak asap hanya merupakan "puncak gunung es", kata Louis Verchot, ilmuwan dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), seperti dikutip oleh voanews.com, Kamis (12/11).
Sementara itu, kebakaran hutan mengkonversi karbon yang tersimpan dalam lahan gambut terbakar menjadi gas rumah kaca, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
"Ketika matahari naik, seluruh dunia menjadi kuning. Pada hari yang terburuk, jarak pandang kurang dari 100 meter (328 kaki)," kata Verchot, yang memimpin lokakarya tentang krisis di provinsi Kalimantan Tengah bulan lalu yang dihadiri sekitar 20 ilmuwan dari Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris.
Samentara mengambil pengukuran pada lahan pembakaran 5.000 hektar (12.000-hektar), para ilmuwan - yang dilengkapi dengan masker gas dan pelindung tubuh - berjalan dengan hati-hati saat melintasi lahan gambut yang tertutup abu supaya menghindari masuk dalam lubang panas membara dari bawah tanah.
Sejauh ini mereka masih menganalisis data mereka, namun Verchot mengatakan mereka telah menemukan gas berbahaya di udara termasuk ozon, karbon monoksida, sianida, amoniak, formaldehida, oksida nitrat dan metana.
"Ini mengganggu mata Anda, itu mengganggu tenggorokan Anda. Tanpa masker, saya tidak tahu bagaimana orang tinggal dalam situasi ini," katanya kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon dari Jakarta.
“Banyak orang memakai masker biasa yang tidak efektif menyaring senyawa berbahaya, atau bahkan tidak ada masker sama sekali,” tambahnya.
Asap dari kebakaran di Kalimantan, Sumatera dan daerah lain di Indonesia telah menyebar ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Media lokal melaporkan bahwa sekolah di Kalimantan Tengah telah ditutup selama hampir lima minggu selama dua bulan terakhir, sementara kabut menewaskan sedikitnya 10 orang dan sakit 504.000 orang di Kalimantan dan Sumatra - meskipun Verchot percaya angka itu jauh lebih tinggi.
"Orang-orang di daerah pedesaan mencari bantuan medis ketika keadaannya benar-benar sangat buruk. Saya cukup yakin tindakan seperti itu adalah meremehkan. Mereka menjadi orang-orang yang terkena dampak serius dari kabut asap," kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...