Ilmuwan Gunakan Teknik In-Vitro Selamatkan Spesies Badak
SCHWERIN, SATUHARAPAN.COM - Ilmuwan di Schwerin, Jerman, menggunakan teknik in-vitro untuk menyelamatkan sub-spesies badak.
Ada seekor badak putih utara berusia 17 tahun, bernama “Karen,” yang diperkirakan dapat menjadi kunci untuk menyelamatkan sub-spesies badak.
Setelah menembakkan dua anak panah berisi obat penenang pada badak itu, satu tim ilmuwan mulai bekerja. Mereka berupaya membuat badak ini hamil, dengan menggunakan beberapa telur yang sudah dibuahi atau embrio yang dibuat di laboratorium.
“Kami berdoa, berharap. Kami cukup optimis tetapi di dalam hati saya yakin kami akan berhasil," kata Dr. Thomas Hildebrandt dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research.
Masa depan badak putih utara mungkin tergantung pada upaya ini.
Kematian seekor badak putih utara jantan terakhir di dunia, Sudan, pada Maret 2018 lalu, tidak mengakhiri upaya untuk menyelamatkan sub-spesies salah satu hewan paling dikenal di dunia.
Fokus beralih pada sperma Sudan dan empat badak lain –yang sudah mati– yang disimpan di laboratorium, kesempurnaan teknik pembuahan in-vitro dan kepentingan menjaga dua badak betina yang masih hidup.
Dr. Hildebrandt dan timnya menilai mereka dapat menciptakan kembali sub-spesies dengan sains.
Mereka menggunakan sperma dan telur yang sudah dibekukan dari badak putih utara untuk menciptakan sejumlah kecil embrio yang sangat berharga, tetapi belum mengetahui cara terbaik untuk menggunakannya.
“Sejauh ini kami telah menghasilkan tiga embrio, yang dapat dialihkan ke badak putih utara. Tetapi sebelum kami melakukan prosedur penuh –dalam arti mengalihkan embrio itu pada badak utara putih tersebut– kami harus tahu bahwa sistem ini bekerja," kata Thomas.
Di sinilah fungsi Karen.
Para ilmuwan berupaya menghasilkan bayi tabung pertama di Southern White Rhino yang tidak terancam punah.
Dalam kesempatan pertama, mereka kehilangan embrio itu, tetapi menemukan organisme mikroskopik dalam tabung plastik dan berhasil memasukkannya dalam kesempatan kedua.
“Ini bukan soal memancing, dan rinciannya,” ujar Dr. Hermes.
“Jadi kami berupaya untuk kedua kalinya, dan ketika itu kateter benar-benar sampai ke rahim di mana kami menempatkan embrio-embrio dengan sangat hati-hati dan sangat dekat dengan ovarium, ke indung telur. Kini tergantung Karen.”
Para ilmuwan menggunakan seekor banteng jantan yang steril, bernama “Kimba,” untuk merangsang Karen sebelum prosedur itu.
“Tampaknya waktunya sangat tepat, banteng itu menunjukkan pada kami bahwa ia tertarik pada Karen sekitar 4-5 hari lalu, dan ia tampaknya benar tentang hal itu," kata Hermes.
Tetapi Karen tidak tertarik. Ketika sadarkan diri dari eksperimen itu, Karen berdiri, tetapi upaya membuatnya hamil gagal.
Para ilmuwan mungkin menemukan cara lain untuk menghidupkan kembali badak putih utara itu. Badak-badak lain – seperti spesies badak putih selatan dan badak hitam – juga sangat diburu untuk dibunuh dan diambil culanya guna memasok pasar ilegal di beberapa bagian Asia.
Hanya ada sekitar 20 ribu badak putih selatan yang masih ada di Afrika. (VOA)
RI Resmi Tetapkan PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia resmi menetapkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Ni...