Ilmuwan: Plastik Turut Sebabkan Pemanasan Global
SATUHARAPAN.COM – Dalam artikel yang terbit di jurnal PLOS ONE, pada Rabu (1/8), tim ilmuwan mengatakan, plastik mengeluarkan gas metana dan etilena, pada saat terkena sinar matahari dan rusak.
Peneliti dari University of Hawaii di Manoa School of Ocean dan Earth Science and Technology (SOEST), melakukan tes pada produk plastik yang biasa digunakan seperti botol air, tas belanja, dan wadah makanan. Mereka menemukan bahwa gas metana disebabkan oleh degradasi plastik di lingkungan. Plastik, dikenal dapat melepaskan berbagai bahan kimia selama degradasi, dan berdampak negatif pada organisme dan ekosistem.
"Plastik, sumber gas rumah kaca yang relevan dengan perubahan iklim, dan diperkirakan akan meningkat karena lebih banyak plastik diproduksi dan terakumulasi di lingkungan," kata David Karl, penulis senior pada studi tersebut dan profesor SOEST dengan C-MORE.
Ia menambahkan, diketahui juga bahwa partikel yang lebih kecil, yang disebut 'mikroplastik', dapat lebih mempercepat produksi gas.
Gas rumah kaca, langsung mempengaruhi perubahan iklim, akan mempengaruhi permukaan suhu global, kesehatan ekosistem di darat dan di laut, yang meningkatkan banjir, kekeringan, badai dan erosi.
"Mempertimbangkan jumlah plastik yang dibuang ke laut, temuan kami memberikan bukti lebih lanjut, bahwa perlu untuk menghentikan produksi plastik, terutama plastik sekali pakai," kata Royer.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan dan penggunaan plastik, menjadi sorotan setelah pencinta lingkungan mendapati pulau besar sampah mengambang di Samudera Pasifik hingga mengancam biota laut dan suplai makanan.
Sedotan plastik, adalah sasaran terbaru aktivis yang berpendapat produk sekali pakai buang itu umumnya tidak bisa didaur ulang. (Voaindonesia.com/sciencedaily.com)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...