Imam Besar Al Azhar Kecam Presiden Prancis tentang “Separatisme Islam”
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Imam besar dan otoritas agama tertinggi Mesir, Al-Azhar, mengecam apa yang dia gambarkan sebagai pernyataan "tidak bertanggung jawab" yang baru-baru ini dibuat tentang Islam.
Pernyataan Sheikh Ahmed El-Tayyeb, yang diunggah di Facebook dalam bahasa Arab, Inggris, dan Prancis, diyakini merujuk pada pernyataan terbaru yang dilontarkan Presiden Prancis, Emmanuel Macronm menurut laporan media Mesir, Al Ahram, hari Selasa (6/10).
Dalam pidatonya pekan lalu lalu, Macron mengumumkan bahwa Prancis telah menerapkan strategi untuk melawan "separatisme Islam" di dalam negeri, dan mengatakan dia akan mengirim rancangan undang-undang ke parlemen Prancis awal tahun depan untuk hal itu.
El-Tayyeb mengatakan bahwa komentarnya tentang Islam disampaikan pada saat upaya dilakukan di Barat untuk mempromosikan kewarganegaraan dan hidup berdampingan.
El-Tayyeb menuduh pernyataan Macron itu dibuat untuk mendapat "keuntungan politik yang tipis" dengan mengorbankan Islam.
Mencegah Indoktrinasi
El-Tayyeb memperingatkan dampak dari pernyataan tersebut, dengan mengatakan "perilaku tidak beradab terhadap agama ini membangun budaya kebencian dan rasisme serta melahirkan terorisme."
RUU yang diajukan Macron disebutkan akan memberlakukan kontrol yang lebih ketat pada pendanaan untuk masjid, dan sangat membatasi home-schooling untuk mencegah anak-anak "diindoktrinasi" oleh sekolah tidak terdaftar yang menyimpang dari kurikulum nasional, kata Presiden Prancis itu dalam pernyataannya.
Langkah-langkah itu juga termasuk melarang pengangkatan imam dari Turki, Maroko dan Aljazair, yang oleh Macron biasanya dikaitkan dengan salafisme atau kelompok Ikhwanul Muslimin. Dia mengatakan para imam bahkan akan dilatih di Prancis sehingga mereka bisa belajar bahasa dan hukum negara. “Ada krisis Islam di mana-mana, yang dirusak oleh bentuk-bentuk radikal,” kata Macron.
“Masalahnya adalah ideologi yang mengklaim hukumnya sendiri harus lebih tinggi dari yang ada di Republik,” kata Macron, seraya menambahkan bahwa dia berusaha membangun “Islam yang tercerahkan” di negara Eropa.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (3/10), Akademi Riset Islam Al-Azhar, yang bekerja untuk mereformasi budaya Islam dan menjaganya dari intoleransi politik dan ideologis, dikutip Al Ahram, mengatakan bahwa Macron telah mengarahkan "tuduhan palsu yang tidak ada hubungannya dengan konteks agama yang sebenarnya."
Editor : Sabar Subekti
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...