Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 12:42 WIB | Kamis, 20 Februari 2025

Imam Muslim Gay Pertama di Afrika Selatan Ditembak Mati

Muhsin Hendricks, seorang pria yang dianggap sebagai imam Muslim gay pertama telah ditembak mati saat duduk di dalam mobil di Afrika Selatan dalam apa yang oleh banyak orang disebut sebagai pembunuhan karena ajarannya. (Foto: African.com)

CAPE TOWN, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria yang dikenal sebagai imam Muslim gay pertama telah ditembak mati saat duduk di dalam mobil di Afrika Selatan dalam apa yang oleh banyak orang disebut sebagai pembunuhan karena ajarannya.

Muhsin Hendricks disergap oleh dua pria di dalam truk pikap saat mengunjungi kota selatan Gqeberha pada hari Sabtu 915/2). Polisi mengatakan bahwa pria yang terlibat dalam pembunuhan itu menutupi wajah mereka. Sebuah video keamanan dari penembakan tersebut menunjukkan salah satu dari mereka melompat keluar dari kendaraan mereka, berlari ke mobil tempat Hendricks berada dan menembakkan pistol beberapa kali melalui jendela samping. Polisi mengatakan Hendricks bersama seorang pengemudi, yang selamat.

Polisi belum menetapkan motif pembunuhan tersebut, tetapi partai politik dan organisasi LGBTQ+ mengatakan Hendricks menjadi sasaran karena ia mendirikan masjid di Cape Town untuk kaum gay Muslim dan menyerukan agar anggota komunitas LGBTQ+ diterima dalam Islam. Homoseksualitas dilarang dalam agama Islam.

Kementerian Kehakiman Afrika Selatan mengatakan pihaknya sedang menyelidiki klaim bahwa Hendricks menjadi sasaran pembunuhan.

Hendricks dikenal secara internasional dan berbicara di konferensi Asosiasi Lesbian, Gay, Biseksual, Trans, dan Interseks Internasional (ILGA) di Afrika Selatan tahun lalu.

Keluarga ILGA "sangat terkejut mendengar berita pembunuhan Muhsin Hendricks dan meminta pihak berwenang untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang kami khawatirkan sebagai kejahatan kebencian," kata Julia Ehrt, direktur eksekutif ILGA.

"Ia mendukung dan membimbing begitu banyak orang di Afrika Selatan dan di seluruh dunia dalam perjalanan mereka untuk berdamai dengan iman mereka." ILGA mengatakan Hendricks telah berbicara tentang bagaimana beberapa orang menyerukan penutupan masjidnya dan mencapnya sebagai "kuil gay."

Aliansi Demokratik, partai politik terbesar kedua di Afrika Selatan, mengatakan "sifat pembunuhan itu sangat menunjukkan pembunuhan profesional."

Hendricks mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Afrika Selatan pada tahun 2022 bahwa ia merasa menjadi sasaran serangkaian fatwa — putusan dalam hukum Islam — yang dikeluarkan oleh Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan tahun itu.

Mereka mengingatkan umat Muslim di negara itu bahwa hubungan sesama jenis dilarang, meskipun dewan tersebut mengatakan Muslim gay yang menjauhkan diri dari "tindakan sesama jenis" harus disambut di masjid.

Hendricks menjadi subjek film dokumenter yang dirilis pada tahun yang sama berjudul "The Radical," di mana ia mengatakan bahwa ada ancaman terhadapnya tetapi "itu tidak mengganggu saya. Kebutuhan untuk menjadi otentik lebih besar daripada rasa takut untuk mati."

Film tersebut juga berfokus pada Muslim gay muda yang mengatakan Hendricks menyediakan tempat bagi mereka untuk berdoa dan mempraktikkan Islam sambil tetap menjadi diri mereka sendiri.

Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (16/2) bahwa meskipun mereka secara konsisten menyatakan bahwa posisi Hendricks tidak sesuai dengan ajaran Islam, "kami dengan tegas mengutuk pembunuhannya dan segala tindakan kekerasan yang menargetkan anggota komunitas LGBTQ atau komunitas lainnya."

Hendricks tumbuh dalam keluarga Muslim konservatif dan menikahi seorang perempuan. Dia mengakhiri pernikahannya dan secara terbuka menyatakan diri sebagai imam gay pada pertengahan tahun 1990-an dan memulai jaringan dukungan dan kemudian sebuah masjid untuk Muslim gay.

Dia mengadvokasi agar mereka diikutsertakan melalui Yayasan Al-Ghurbaab miliknya dan menyebut dirinya sebagai "imam gay pertama di dunia yang secara terbuka menyatakan diri sebagai gay."

"Ketika saya melihat cara Muslim gay menegosiasikan dilema antara Islam dan orientasi seksual serta identitas mereka, saya merasa terdorong untuk melakukan sesuatu tentang hal itu," katanya, menjelaskan keyakinannya. "Dan saya pikir, bagi saya untuk membantu mungkin saya harus menjadi diri saya sendiri dan menyatakan diri saya sebagai gay. Saya pikir mungkin saja menjadi gay dan Muslim atau gay dan Kristen."

Dalam sebuah pesan di laman Facebook resminya, Yayasan Al-Ghurbaab mengatakan Hendricks adalah "seorang ayah yang hebat dan pelindung bagi banyak orang. Tetaplah beristirahat bersama para malaikat."  (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home