Imbalance: Persoalan Sosial di Atas Kanvas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial, pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, korupsi, politik, dan kekuasaan disinggung dalam puluhan karya seni rupa Bismar Siagian. Karya Bismar Siagian kritis menghadirkan persoalan sosial masyarakat tetapi ditampilkan dengan gaya surealis.
Pemerhati Seni Rupa Indra Porhas Siagian menilai karya Bismar sengaja diciptakan secara metaforis. Bismar memanfaatkan gaya surealis untuk menyensor karyanya sendiri. Dia membandingkan dengan gaya pemberitaan media di televisi. Bila pemberitaan tanpa disertai sensor maka akan menjadi frontal dan sadis sehingga berdampak pada psikologis dan mengakibatkan berkembangnya budaya kekerasan. Menurutnya, ini yang menjadi alasan karya-karya seni rupa Bismar diciptakan secara metaforis.
Hampir setiap karya Bismar menarik untuk diperdebatkan. Ekspresinya halus di tengah kebebasan berekspresi di masa reformasi ini.
Indra berpendapat pameran tunggal Bismar Siagian bertema ‘Imbalance’ merupakan buah pemikiran dialektis, komunikasi timbal balik perupa, karya, dan masyarakatnya. Ini merupakan upaya membentuk dan terbentuknya paradigma, memunculkan kemungkinan baru, dan mendayagugahkan dunia makna dan imajinasi untuk kehidupan yang lebih baik.
Pameran tunggal Bismar Siagian ‘Imbalance’ berlangsung pada Rabu (5/3) sampai Kamis (13/3) Maret di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Perupa otodididak ini pernah memenangi ‘Workshop Komik Strip Benny & Mice’ yang diselenggarakan Bentara Budaya pada 2010. Bismar juga tergabung dalam komunitas Ahimsa Sanggar Rumah Kayu.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...