IMF: Ekonomi Dunia Terancam Oleh Banyak Risiko Keuangan
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Perekonomian dunia membutuhkan lebih banyak investasi produktif dan lebih sedikit aset-aset spekulatif, yang dalam banyak kasus sekarang dinilai terlalu tinggi dan menimbulkan risiko-risiko stabilitas besar, Dana Moneter Internasional mengatakan Rabu (8/10).
Jose Vinals, konselor keuangan utama IMF, mengatakan bahwa tidak cukup uang murah dipompa ke dalam ekonomi-ekonomi oleh bank sentral negara-negara maju untuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang mendukung pertumbuhan.
Sebaliknya, terlalu banyak yang masuk ke pengambilan risiko keuangan yang menimbulkan tantangan terhadap stabilitas keuangan global, kata dia, mengungkapkan penilaian terbaru IMF tentang risiko-risiko keuangan dalam perekonomian dunia.
“Lebih dari enam tahun setelah dimulainya krisis keuangan, ekonomi global terus bergantung pada kebijakan moneter akomodatif di negara maju.”
“Tetapi dampaknya telah terlalu terbatas dan tidak merata,” kata dia.
Kebijakan moneter longgar dari Federal Reserve, dan bank-bank sentral di Eropa serta Jepang, telah memacu beberapa investasi dalam kegiatan yang menciptakan lapangan kerja dan memacu produksi serta konsumsi, Vinals mengakui.
Namun terlalu banyak yang pindah ke dalam aset-aset dan spekulasi lainnya, yang bisa menjadi bumerang pada pertumbuhan jika aksi jual terpicu.
Vinals mengatakan ekonomi dunia berada pada risiko dari “penumpukan ekses-ekses tertentu dalam pengambilan risiko keuangan”.
Selain itu, banyak modal berisiko telah mengalir ke pasar negara-negara berkembang -- empat triliun dolar AS pada ekuitas dan obligasi -- yang lebih rentan terhadap perubahan tajam dalam arah aliran-aliran.
“Semua ini memiliki potensi dekompresi,” kata Vinals.
Dua masalah, kata dia, yang bisa mengubah turun naik dan mengatur kembali pertumbuhan adalah kenaikan ketegangan dalam krisis Rusia-Ukraina, dan implementasi pengetatan kebijakan moneter yang buruk oleh Federal Reserve.
Dalam “menormalisasi” kebijakan uang longgarnya dari masa enam tahun lalu, Fed perlu “berhati-hati atas dampaknya terhadap seluruh dunia,” Vinals memperingatkan.
“Guncangan dari negara maju memiliki potensi lebih cepat menyebar ke negara-negara berkembang.” (AFP)
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...