IMF: Ekonomi Ukraina Tunjukkan Ketahanan di Tengah Invasi Rusia
FRANKFURT, SATUHARAPAN.COM-Perekonomian Ukraina menunjukkan "ketahanan yang luar biasa" setelah serangan Rusia terhadap infrastruktur listriknya, kata pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (30/5) ketika mereka menandatangani pinjaman awal sebesar US$ 900 juta (setara Rp 13,5 triliun) dan menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi negara itu.
Prospek meningkat menjadi pertumbuhan 1% hingga 3% tahun ini dari minus 3% menjadi plus 1% dalam penilaian sebelumnya pada bulan Maret, kata Gavin Gray, kepala misi IMF ke Ukraina.
Inflasi turun dan mata uang hryvna stabil, meskipun terjadi gangguan besar-besaran akibat perang, kata Gray. Namun dia memperingatkan bahwa prospek ekonomi menghadapi "risiko yang sangat tinggi."
“Selama musim dingin, Ukraina menghadapi serangan yang menghancurkan infrastruktur kritisnya, dan serangan rudal terus berlanjut di seluruh negeri,” kata Gray dalam konferensi pers online.
“Meskipun demikian, ekonomi Ukraina telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, aktivitas ekonomi pada kuartal pertama pulih dengan kuat, karena sistem energi pulih dengan cepat dari serangan terhadap infrastruktur penting, pasar valuta asing menjadi stabil, dan inflasi mulai menurun secara meyakinkan,” katanya.
Pemulihan diperkirakan akan menguat “karena ekonomi secara progresif beradaptasi dengan kondisi perang,” katanya.
Output ekonomi Ukraina menyusut sekitar 30% pada tahun 2022 setelah Rusia menginvasi pada bulan Februari tahun itu.
IMF mengatakan pejabat Ukraina telah memenuhi persyaratan untuk mereformasi kebijakan ekonomi di bawah tinjauan pertama dari apa yang akan menjadi paket pinjaman senilai U$ 15,6 miliar (setara Rp 234 triliun) selama empat tahun.
Perubahan tersebut termasuk penyusunan undang-undang pajak yang bertujuan untuk meningkatkan pengumpulan pendapatan dan meyakinkan para donor yang menjaga keuangan negara tetap bertahan bahwa Ukraina akan mampu membayar bagiannya dari beban keuangan.
Pelepasan bantuan pertama senilai US$ 900 juta disetujui di tingkat staf tetapi masih memerlukan persetujuan dewan eksekutif IMF.
Tinjauan positif sangat kontras dengan program IMF pra perang Ukraina, yang ditandai dengan tenggat waktu yang terlewat dan kurangnya kemajuan dalam mereformasi ekonomi dan menolak dominasi tokoh bisnis yang terhubung secara politik yang dikenal sebagai oligarki.
Para pejabat Ukraina telah bersusah payah untuk menunjukkan bahwa mereka menindak korupsi saat mereka mencari keanggotaan di Uni Eropa. Kepala Mahkamah Agung negara itu ditangkap bulan ini atas tuduhan suap, sementara beberapa pejabat senior, termasuk gubernur garis depan provinsi dan wakil menteri pertahanan, kehilangan pekerjaan karena tuduhan korupsi pada Januari.
Program pinjaman IMF diperkirakan akan membuka jalan bagi tambahan sebesar US$ 115 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah dari sekutu Ukraina, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan anggota lain dari negara demokrasi kaya Kelompok Tujuh.
Bantuan tersebut dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang sangat besar yang disebabkan oleh pengeluaran militer yang jauh lebih tinggi dan hilangnya pendapatan pajak dari wilayah yang diduduki oleh pasukan Rusia serta untuk mendukung upaya reformasi ekonomi. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...