IMF: Perang Dagang Pangkas PDB Global
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Perselisihan perdagangan berdampak pada ekonomi global, yang secara substansial melemahkan aktivitas manufaktur dan investasi dan menahan potensi ekonomi, kata Ketua baru Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Selasa (8/10/2019).
"Untuk ekonomi global, efek kumulatif dari konflik perdagangan dapat berarti kerugian sekitar 700 miliar dolar AS pada tahun 2020, atau sekitar 0,8 persen dari PDB (produk domestik bruto)," Direktur Pelaksana IMF ini mengatakan pada sebuah acara di kantor pusat pemberi pinjaman global menjelang Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia pekan depan.
"Sebagai referensi, ini kira-kira seukuran seluruh ekonomi Swiss," kata ekonom Bulgaria, yang menggantikan Christine Lagarde dari Prancis dan mulai menjabat pada 1 Oktober 2019.
Konflik perdagangan AS-China tidak hanya meningkatkan biaya langsung pada bisnis dan konsumen, tetapi juga menyebabkan efek sekunder, seperti hilangnya kepercayaan dan reaksi pasar, kata Georgieva, yang adalah mantan Kepala Eksekutif Bank Dunia.
"Hasilnya jelas. Semua orang kalah dalam perang dagang," kata Georgieva. "Jadi kita perlu bekerja sama, sekarang, dan menemukan solusi yang langgeng dalam perdagangan."
Memperhatikan bahwa ekonomi global berada dalam "perlambatan tersinkronisasi," ketua baru IMF menyerukan "tindakan kebijakan tersinkronisasi" untuk mempercepat pertumbuhan dan membangun ekonomi yang lebih tangguh.
Prioritas kebijakan, katanya, termasuk menggunakan kebijakan moneter secara bijak dan meningkatkan stabilitas keuangan, menggunakan perangkat fiskal untuk memenuhi tantangan saat ini, melaksanakan reformasi struktural untuk pertumbuhan di masa depan, dan merangkul kerja sama internasional.
Georgieva, yang telah memperjuangkan perang global melawan perubahan iklim, juga mengatakan salah satu prioritas IMF adalah membantu negara-negara ketika mereka mengurangi emisi karbon dan menjadi lebih tahan iklim, mendesak negara-negara untuk mengadopsi "harga karbon yang jauh lebih tinggi."
Penelitian baru di IMF menegaskan bahwa pajak karbon dapat menjadi salah satu alat yang paling kuat dan efisien, kata Georgieva. "Tapi kuncinya di sini adalah mengubah sistem pajak, bukan hanya menambahkan pajak baru," tambahnya.
"Saya yakin bahwa jika kita bekerja sama - memperhatikan tantangan dan minat satu sama lain - kita dapat memberikan masa depan yang lebih baik untuk semua," katanya. (ANTARA)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...