IMF Puji Ketrampilan Jokowi Mengelola Perekonomian
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan pujian kepada pemerintahan Joko Widodo atas pengelolaan perekonomian yang baik, kebijakan ekonomi makro yang bijaksana serta dukungan reformasi struktural. Pemerintahan Jokowi dinilai telah trampil dalam menavigasi ekonomi Indonesia melalui arus perubahan dalam perekonomian internasional.
Hal itu dinyatakan dalam siaran pers IMF, yang melaporkan usainya kunjungan tim lembaga itu ke Indonesia, yang dipimpin oleh Luis E. Breuer. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melakukan konsultasi tahunan sesuai dengan artikel IV lembaga tersebut. Tim IMF mengunjungi Indonesia pada 7-18 November.
Dalam siaran pers IMF hari ini (24/11), dikatakan bahwa tim IMF telah bertukar pandangan dengan para pejabat di pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga publik lainnya, serta perwakilan dari sektor swasta, akademisi, dan mahasiswa tentang perkembangan ekonomi dan pasar keuangan terakhir, serta prospek di waktu dekat maupun menengah.
"Pertumbuhan tetap kuat, inflasi telah menurun secara signifikan, dan defisit transaksi berjalan telah terkendali. Prestasi ini mendukung prospek ekonomi yang menguntungkan," demikian IMF.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5 persen terutama karena didorong oleh konsumsi swasta yang kuat. Pada 2017, pertumbuhan diperkirakan akan mencapai 5,1 persen, didorong oleh konsumsi swasta dan mulai bangkitnya secara bertahap investasi swasta dalam menanggapi pemulihan harga komoditas dan tingkat bunga yang lebih rendah.
Inflasi diproyeksikan naik dari sekitar 3,3 persen pada akhir 2016, dan meningkat sedikit pada akhir 2017, dipicu oleh pengurangan subsidi listrik, namun tetap dalam kisaran target resmi (3-5 persen) .
Defisit transaksi berjalan diproyeksikan naik dari sekitar 2 persen dari PDB pada tahun 2016 menjadi sekitar 2,3 persen tahun depan karena naiknya investasi tetap dan impor.
Pada saat yang sama, IMF juga mengingatkan kemungkinan risiko yang dapat menghalangi proyeksi tersebut. Risiko yang berasal dari eksternal meliputi ketidakpastian tentang kebijakan pemerintahan Amerika Serikat berikutnya, kondisi keuangan global yang ketat, pertumbuhan lebih lambat dari yang diperkirakan di Tiongkok, kecepatan yang lebih cepat dari pengetatan moneter di Amerika Serikat, dan kemungkinan jatuhnya harga komoditas.
Sedangkan risiko domestik termasuk cadangan fiskal yang lebih kecil, yang mencerminkan kekurangan penerimaan pajak sertasuku bunga domestik yang lebih tinggi karena kondisi keuangan global yang ketat.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...