Imlek dan Paskah Sama-sama Merayakan Keselamatan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gereja Katolik St. Antonius Padua Bidaracina, Jakarta Timur pada Kamis (19/2) malam dipenuhi semarak warna merah.
Lampion yang identik dengan perayaan Imlek atau Sin Tjia, yakni tahun baru dalam kalender lunisolar milik etnis Tionghoa pun tampak bergelantungan di sudut-sudut gereja.
Tak kalah dengan dekorasi, umat juga terlihat berdatangan mengenakan kostum merah. Mereka datang untuk menghadiri misa Imlek 2015.
Dipimpin oleh Romo Felix Alexander Adi Purnama Susanti SCJ yang berasal dari salah satu gereja Katolik di Taiwan, misa berlangsung kurang lebih 90 menit.
Dalam khotbahnya, Pastor mengatakan ada persamaan antara peristiwa Imlek dan Paskah.
“Imlek kali ini jatuh bertepatan pada masa Prapaskah. Ada persamaan antara Imlek dan Paskah, yakni sama-sama merayakan keselamatan,” ujar Romo Adi kepada umat di tengah-tengah perayaan misa.
Romo Adi mengatakan, Imlek selalu identik dengan warna merah. Di Tiongkok, menurutnya, warna merah dipercaya sebagai pengusir Nian, seekor naga buas yang selalu muncul saat menjelang tahun baru. Naga itu takut dengan warna merah. Cara manusia agar terhindar dari naga ialah dengan menggunakan baju warna merah.
“Kalau menggunakan warna merah, dipercaya akan terhindar dari setan. Oang-orang Tiongkok menjelang tahun baru mereka berjaga-jaga menggunakan baju merah dan mereka selamat,” ujar Romo Adi.
Sementara itu, peristiwa Paskah juga menegaskan peristiwa keselamatan, baik Paskah dalam tafsir Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
“Paskah dalam Perjanjian Lama merupakan peringatan akan terlepasnya Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Dalam perjanjian lama Israel dapat keluar dari Mesir dan terbebas dari kematian,” kata dia.
Sedangkan Dalam Perjanjian Baru, menurut romo Adi Paskah ditafsirkan sebagi peristiwa penebusan.
“Kita umat Kristen melewati sesuatu, yakni terbebas dari dosa asal dan diselamatkan oleh Yesus. Imlek juga berarti melewati iblis atau kematian. Hubungannya perayaan Imlek dan perayaan ekaristi, yakni kita sama-sama akan merayakan keselamatan. Kita boleh melwati satu tahun yang lalu dan kita selamat. Kita menerima karunia yang baru,” kata dia.
Selanjutnya, dalam masa Prapaskah ini gereja mengajak umat supaya bisa memperbarui hidup, yakni menjadi manusia yang lebih beriman, yang baik hati, lemah lembut, dan diajak untuk menjadi manusia yang lebih baik.
“Tahun ini adalah tahun kambing kayu. Kita mohon semoga kita dapat belajar dari karakteristik kambing kayu yang lemah lembut, rendah hati, orang yang baik, yang peduli terhadap orang lain. Kita juga harus mohon ampun jika selama satu tahun yang lalu kita kurang setia pada Allah,” kata Romo Adi mengakhiri khotbahnya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...