Imlek di Tanah Harapan
Makna terpenting Imlek bagi saya dan banyak handai taulan lain adalah… tangan-tangan rekan sebangsa dan setanah air yang telah berbaik hati merengkuh kami ke dalam persaudaraan….
SATUHARAPAN.COM – Satu hari jelang Imlek beberapa tahun silam masih terasa seperti kemarin.... Fajar baru saja menyingsing ketika wanita sepuh itu, Oma Kwie Nio, bergegas menuju kerajaan kecilnya—dapurnya yang resik. Dengan bersemangat ia mulai mengomandoi para wanita lain—menantu tertuanya dan dua orang pramuwisma—di dalam acara masak akbar tahunan.
Hari itu berlalu cepat… dengan para pria di dalam keluarga—Opa, Pa, dan Oom—pulang lebih cepat dari tempat mereka bekerja dan para cucu berkeliling rumah menyalakan semua lampu. Rumah yang seketika bergelimang cahaya itu membuka pintunya lebar-lebar untuk beberapa anggota keluarga besar yang tidak tinggal serumah.
Tepat pukul tujuh malam, seluruh keluarga berkumpul di sekeliling meja makan… dan satu demi satu hidangan disajikan… salad ubur-ubur sebagai appetizer… mie goreng… pindang bandeng… ayam rebus saus Kecap… sop pangsit… daging barbeque… gohiong… tumis teripang….
Opa The Peng Hong mengambil tempat di kepala meja di samping Oma. Opa, yang pertama kali berlabuh di salah sebuah pelabuhan di Jawa Timur pada 1928 itu, menatap haru keluarga besar yang dianugerahkan kepadanya di Tanah Harapan: Ma dan Pa, para Oom dan Tante… dan para cucu yang duduk di sudut jauh berseberangan dengan Opa dan Oma. Nada syukur terdengar jelas dari doa yang diucapkannya sebelum makan malam dimulai.
Kami berpisah dan pergi tidur dengan hati gembira dan perut yang sedikit kekenyangan… berharap esok masih ada ruang di perut kami untuk penganan lezat lain…dan tentu saja beberapa angpau, amplop merah, untuk para cucu.
Kebetulan kami, saya dan adik-adik, adalah cucu dari orang yang dituakan… kami tidak usah berlelah-lelah berkeliling… . Untuk lima belas hari ke depan… para kerabat dan handai taulan akan datang mengunjungi Oma dan Opa… Dan kami akan kecipratan amplop merah berisi uang.
Imlek 2015… giliran kami—para cucu di masa lampau, orangtua masa kini—menyediakan angpau…. Imlek selalu menjadi hari yang dinanti-nantikan, satu hari bagi keluarga untuk berkumpul….
Makna terpenting Imlek bagi saya dan banyak handai taulan lain adalah… tangan-tangan rekan sebangsa dan setanah air yang telah berbaik hati merengkuh kami ke dalam persaudaraan…. Bahwa kami diizinkan menjadi keping kecil yang mengisi mozaik warna-warni keragaman suku dengan kebebasan merayakan Imlek yang berkenan diberikan Alm. Gus Dur, dan diakuinya Imlek sebagai hari raya nasional oleh Ibu Megawati….
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...