Impor Dan Ekspor Tiongkok Jatuh Lagi Pada November 2015
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Impor dan ekspor Tiongkok, keduanya jatuh lagi pada November 2015, data resmi menunjukkan Selasa (8/12), angka buruk terbaru dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Negara ini merupakan pendorong utama pertumbuhan global dan pengiriman barang-barang jadinya, bersama dengan permintaan sumber daya untuk memproduksi mereka, mempengaruhi negara di seluruh dunia.
Ekspor Tiongkok merosot 6,8 persen menjadi 197,2 miliar dolar pada November 2015, kata Bea Cukai -- sebuah perbaikan marjinal pada bulan sebelumnya, tetapi lebih buruk dari penurunan lima persen yang diperkirakan dalam jajak pendapat Bloomberg terhadap para ekonom.
Pengiriman ke luar negeri telah menurun setiap bulan tahun ini kecuali untuk Februari, ketika angka tersebut dipengaruhi oleh Tahun Baru Tiongkok.
Impor jatuh 8,7 persen menjadi 143,1 miliar dolar AS -- penurunan ke-13 bulan berturut-turut, tetapi menyempit secara signifikan dari kemerosotan 18,8 persen pada Oktober 2015.
Angka itu lebih baik daripada penurunan 11,9 persen yang diperkirakan dalam survei Bloomberg.
Para analis mengaitkan penurunan yang lebih lambat dengan kebijakan pelonggaran moneter Beijing dan kemerosotan harga komoditas global akhir tahun lalu, yang menurunkan dasar untuk perbandingan.
"Meskipun data ekspor mengecewakan menunjukkan bahwa permintaan luar negeri tetap lesu, pemulihan impor mengisyaratkan kebijakan pendorong peningkatan permintaan di dalam negeri," tulis Julian Evans-Pritchard dari perusahaan riset Capital Economics dalam catatannya.
Pemerintah telah berpaling ke melonggarkan moneter untuk merangsang pertumbuhan, pemotongan suku bunga enam kali sejak November tahun lalu.
Ekonom ANZ memperkirakan angka impor akan terus menguat pada tahun depan.
"Ke depan, laju pertumbuhan utama impor bisa mulai meningkat pada tahun 2016 sebagai dampak penurunan harga," kata mereka dalam sebuah laporan.
Kekhawatiran telah meningkat di kalangan investor di seluruh dunia atas ekonomi Tiongkok, yang tumbuh 6,9 persen pada periode Juli-September 2015 menurut angka resmi -- angka paling lambat sejak setelah krisis keuangan global.
Namun statistik tersebut secara luas meragukan dan banyak analis percaya tingkat pertumbuhan riil bisa jadi beberapa persentase poin lebih rendah.
Pertumbuhan tahunan melemah menjadi 7,3 persen tahun lalu, laju paling lambat sejak 1990, karena pendorong pertumbuhan tradisional seperti ekspor dan investasi semakin kehabisan tenaga.
Para analis dan politisi Tiongkok mengatakan negara perlu menyeimbangkan diri dari ketergantungan pada ekspor dan investasi aset tetap terhadap ekonomi yang digerakkan konsumen.
Tetapi intervensi negara itu kesulitan untuk menghentikan kekacauan di pasar saham pada musim panas ini, meningkatkan keraguan atas kemampuan pembuat kebijakan untuk melakukan transisi ke ekonomi lebih berbasis pasar.
Surplus perdagangan mencapai 54,1 miliar dolar AS pada November 2015, turun dari 61,6 miliar dolar AS yang tercatat pada Oktober 2015, menurut angka resmi. (AFP)
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...