Impresi Patung-patung Mini Ekwan Marianto
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seniman-perupa kelahiran Jatirogo-Tuban Ekwan Marianto kembali menggelar pameran tunggal di Taman Budaya Yogyakarta. Sebelumnya Ekwan sempat menggelar pameran tunggal dengan tema “Sehat Jiwa dan Raga” di Tembi Rumah Budaya-Bantul (2014), “Pejantan Tangguh” di Rumah Seni Sidoarum-Sleman (2014), “So Happy” di Limas art house-Yogyakarta (2017), dan “Eternal Happiness” di Limanjawi art house-Magelang (2017).
Pameran bertajuk “The Journey of Happiness” dibuka oleh kolektor karya seni Oei Hong Djien (OHD), Sabtu (21/12) malam.
Sebanyak 12 lukisan dalam medium cat akrilik di atas kanvas yang dibingkai dengan kayu dalam berbagai ukuran membentuk gebyog, 8 lukisan gebyog berbahan kayu, 5 lukisan relief dua muka di atas papan kayu dengan ukuran rata-rata 25-30 cm x 150 cm x 600 cm, 11 karya patung/tiga dimensi dengan material serat kaca (fiberglass) ukuran besar yang keseluruhannya merupakan respon Ekwan Marianto atas medium-material milik kolektor karya seni Agung Tobing dan menjadi koleksi pribadi Agung Tobing.
Bersama karya ukuran besarnya Ekwan menyertakan karya koleksinya berukuran lebih kecil masing-masing tiga patung kecil dari bahan fiberglass dan perunggu dalam ukuran tidak lebih dari 25 cm dan hanya dicetak dalam satu edisi, 5 lukisan karya awalnya, 2 lukisan patung berbahan fiberglass dan perunggu, serta sebuah lukisan panel di atas kanvas.
Secara khusus OHD memberikan perhatian pada karya patung mini Ekwan Marianto. Sebuah karya patung Ekwan berbahan fiberglass yang merupakan eksperimen awal Ekwan mengalihmatrakan karya lukisan menjadi patung dengan obyek karakter figur khas Ekwan ukuran 25 cm-an dan sedang memainkan piano elektronik dikoleksi OHD pada tahun 2016.
“Saya langsung memilih satu patung berwarna dari fiberglass berukuran mini. Walaupun ia juga membuat patung perunggu yang bagus namun bagi saya yang fiberglass lebih menarik. Banyak kolektor meminta seniman mengecor patung dari fiberglass ke perunggu karena lebih percaya dan mantap dengan medium ini. Saya tak setuju. Masalah bahan mana yang lebih cocok tergantung dari karakter karya. Memang kalau untuk outdoor, fiberglass tak tahan, tapi kalau indoor tak masalah dan lebih dari itu pembuatannya jadi jauh lebih murah dan bisa lebih mengena,” ungkap OHD.
Selain materail-medium karya, OHD juga memberikan perhatian pada warna-bentuk karya Ekwan sesuai dengan tema yang jenaka, aneh, namun tetap menarik.
“Bentuknya juga mempunyai daya tarik dikarenakan deformasi bentuk yang lucu, aneh tapi enak dipandang. Hal ini mengingatkan saya pada deformasi Widayat. Warnanyapun segar, indah dan harmonis. Warna ini kalah mengesankan kalau ia memakai bahan perunggu,” papar OHD di sela-sela pembukaan pameran, Sabtu (21/12) malam.
Dalam dua tahun terakhir OHD memberikan perhatian pada karya-karya berukuran mini dengan pertimbangan kemudahan dalam membawa (hard carry) serta kemudahan dalam memajang karya.
"Saya masih ingat, dulu Widayat pernah pameran di Jepang yang meminta Ajip Rosidi untuk memamerkan karya mini. Ukurannya kecil-kecil. Bawanya enak, ditenteng atau bisa dimasukkan ke koper, hard carry. (Karya mini) ini bisa menjadi trend. Kualitas (ide, eksekusi, material karya) ini yang harus diperhatikan." kata OHD dalam sebuah sambutan pembukaan pameran karya berukuran kecil, bulan Mei tahun lalu.
Dalam pengantar pameran antropolog dan budayawan asal Prancis Jean Couteau menuliskan kunci utama keindahan dunia lukisan Ekwan bukanlah dalam gambaran-gambarannya itu sendiri, paling tidak bukan dalam tema-tema atau bentuk-bentuk yang diberikannya pada gambaran-gambaran itu, melainkan dalam warna-warninya. Karya-karyanya merupakan sebuah kaleidoskop yang mengagumkan dari berbagai kombinasi biru, merah muda, serta warna lainnya.
Couteau menambahkan mata kita tidak perlu berusaha terlalu keras untuk memahami apa ceritanya, atau apa temanya, cukup kita membiarkan mata saja berlarian dari satu permukaan warna ke permukaan warna lainnya. Bagi Couteau, warna merupakan aspek utama seni Ekwan, dan memang di sinilah terletak talentanya yang sebenarnya.
Senada dengan OHD, Sabtu (21/12) siang penulis-kurator seni rupa Kuss Indarto kepada satuharapan.com menjelaskan bahwa karya patung ukuran kecil yang dibuat Ekwan menjadi eksperimen yang menarik dan cukup berhasil tanpa Ekwan kehilangan karakter karyanya saat dialihmatra-mediakan.
“Diantara karya-karya berukuran besar, enam karya patung berbahan fiber dan perunggu menjadi tawaran Ekwan yang menarik,” jelas Kuss Indarto.
Pameran tunggal seniman-perupa Ekwan Marianto bertajuk “The Journey of Happiness” berlangsung di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta, Jalan Sriwedani No. 1 Yogyakarta hingga 4 Januari 2020.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...